Sahabat Kelana, perjalanan kali ini kita akan berkelana mencari kerajinan tenun dari salah satu desa yang letaknya paling tinggi di Sumbawa Barat. Desa-desa di kabupaten ini memiliki keanekaragaman budaya. Poto Tano dengan suku Bajonya, desa Kertasari dengan suku Selayarnya dan satu tempat yang bernama desa Mantar dengan suku Samawanya. Suku Samawa atau Tau samawa yang mendiami desa Mantar adalah penduduk asli Pulau Sumbawa.
Sejarah Suku Tau Samawa
Secara etimologi, Tau Samawa berasal kata dari Tau yang berarti orang dan Tana yang berarti tanah. Samawa berasal dari kata Sammava artinya dari berbagai penjuru (Gempar, 2011).
Banyak pendapat mengenai asal mula suku Tau Samawa. Salah satunya menyebutkan bahwa suku ini berasal dari Gowa, Makassar yang dibuang oleh kerajaan Gowa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kesamaan tradisi, budaya dan adat istiadat, senjata tradisional, pakaian adat dan lain-lain. Bahkan karakter yang keras juga masih bisa ditemui (Rizal Fahmi, 2011).
Pendapat lain mengungkapkan, nenek moyang Tau Samawa berasal dari berbagai jenis suku yang berdatangan dari berbagai wilayah di nusantara. Mereka terikat hubungan perkawinan dengan penduduk yang lebih dahulu mendiami wilayah Sumbawa. Selama berabad-abad lamanya hidup dalam lingkungan kekerabatan dan kekeluargaan, sampai melahirkan keturunan yang menjadi satu rumpun bernama Tau Samawa (Lalu Mantja, 2011).
Pesona Keindahan Desa Mantar, Sumbawa Barat
Setelah kita mengenal sejarah suku yang mendiami desa Mantar, selanjutnya kita berangkat menuju desa ini. Desa Mantar terletak di ketinggian kurang lebih 630 meter di atas permukaan laut. Pemandangan terbaik di desa ini adalah ketika matahari terbit tiba.
Pertualangan untuk bisa menikmati keindahan ini, butuh sedikit perjuangan. Sahabat Kelana disarankan menginap di sekitar desa ini, karena perjalanan cukup jauh dan harus tiba sebelum matahari terbit.
Sahabat bisa istirahat di dusun Sagena, bermalam di rumah penduduk, berbaur bersama. Dusu Sagena adalah pintu gerbang menuju desa Mantar. Masyarakat dusun Sagena dan desa Mantar masih satu rumpun kekerabatan Samawa. Bedanya, tempat bermukim mereka, masyarakat dusun Sagena bermukim di pesisir pantai
Petualangan Menuju Desa Mantar
Tidak ada akses transportasi khusus untuk menuju desa Mantar. Sahabat Kelana, dapat minta diantarkan oleh penduduk Sagena dengan mengendarai sepada motor.
Perjalanan menuju desa Mantar dari Dusun Sagena menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Medan terjal berkerikil tajam dan berliku jadi keseruan tersendiri selama perjalanan.
Tenun Eksotik dari Ketinggian Desa Mantar
Sesampainya di desa Mantar, teman-teman dari Sagena akan menemani perjalanan mengelilingi desa Mantar. Salah satunya adalah diajak berkunjung ke rumah penenun paling legendaris di desa ini. Saya baru tahu, ada pengrajin kain tenun di Sumbawa, di atas ketinggian desa Mantar
Setelah mengobrol ringan, ternyata penenun di desa Mantar cukup mendapat perhatian dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB. Tentunya dari perjalanan ke Sumbawa Barat ini kita mendapatkan banyak pelajaran dan pengetahuan baru.
Bahwa menenun bukan pekerjaan yang mudah, prosesnya memakan waktu hingga berbulan-bulan dengan detail yang menakjubkan. Hal inilah yang membuat karya seni ini memiliki kualitas dan nilai jual yang tinggi.
Itulah cerita pengalaman berkelana di desa Mantar beserta bingkisan kain tenun yang didapat langsung dari sana. Sahabat Kelana, setiap perjalanan berisi pelajaran berharga yang susah untuk dilupakan. Jadi, kapan nih kita jalan-jalan lagi ke Sumbawa Barat. Liburan di desa Mantar, pasti seru banget sih.
Discussion about this post