Kedekatan Makanan dengan Kehidupan Sehari-hari
“Tiba-tiba saja aku teringat gulai tengkleng buatan Ibu. Dan begitu saja aku semakin merasa berdosa karena keluargaku pasti belum tahu aku sedang disekap dan tengah mencoba makan dalam keadaan babak belur,” kenang Laut. tokoh fiksi dalam novel Laut Bercerita (2017) karangan Leila S. Chudori.
Eksistensi seseorang kadang timbul tenggelam bersama makanan. Karena makanan melekat erat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi maut yang dekat dengan leher, tengkleng terlintas dalam ingatan Laut.
Makanan tidak sebatas sajian di atas meja atau soal resep dan juru masak di baliknya. Sejarah yang terekam dalam ingatan manusia juga membentuk narasi tentangnya. Rempah Nusantara misalnya, akan mengingatkan kita pada masa kolonial dan Kongsi Dagang Belanda (VOC).
Makanan juga dapat membentuk ingatan pada tanah air. Menarik waktu bernostalgia ria dengan masa lalu serta momen-momen kecil dalam hidup.
Makanan dan Memori

Mengulas mengenai makanan bagi sebagian orang dengan kepekaan tertentu, tidak hanya beririsan dengan bahasan soal bahan mentah dan proses produksi. Pekerjaan ini juga melibatkan perasaan dan menjangkau pikiran.
Kondisi tersebut disebabkan indera manusia yang dapat merespon jutaan sensor rasa, bahkan sebelum makanan sampai di mulut.
Mengenai perasaan, menelusuri makanan pun tidak sesederhana merumuskan rasa. Makanan mampu memutar ulang perasaan dan bayangan masa lalu. Pengalaman adalah faktor yang mempengaruhi proses munculnya kenangan.
Makanan memiliki hubungan dengan ingatan yang membangun sebuah kenangan, tulis antropolog Jon D. Holtzman dalam “Food and Memory” yang dimuat jurnal Annual Review of Antrophology (2006). Meurutnya, sejarah dan identitas dalam makanan menjelma dalam berbagai bentuk nostalgia.
Ingatan adalah pengalaman atau makna dalam referensi masa lalu yang mencangkup proses beragam. Seperti mengingat kembali peristiwa di masa lalu, atau mengalami kembali kemiripan pola dengan yang telah terjadi.
Dengan atau tanpa disadari bayangan masa lalu tersebut melintas begitu saja. Keterkaitan ingatan dan makanan sangat kuat.
Makanan dan Memori: Gustatory Nostalgia

Nostalgia adalah kondisi ketika seseorang dengan sadar mengalami kembali emosi di masa lalu. Nostalgia juga dapat dilihat sebagai kerinduan akan waktu dan tempat yang bahkan belum pernah ditemui. Namun, pada abad ke-19 di Prancis, nostalgia tergolong sebagai sebuah penyakit, tulis sejarawan Michael S. Roth dalam “Dying of the Past: Medical Studies of Nostalgia in Nineteenth-Century France” yang terbit dalam jurnal History and Memory (1991).
Gustatory nostalgia, menurut Holtzman merupakan istilah yang merujuk pada sebuah ingatan pada kenangan yang dibentuk oleh makanan. Dalam proses mengingat itu, perasaan dan pikiran terlibat di dalamnya.
Proses nostalgia yang berkait antara makanan dan kenangan berpusat pada kerinduan yang ditimbulkan perasaan terasing seseorang dari tanah air. Melalui bau dan rasa makanan menghadirkan kembali ingatan seseorang tidak terurai akan tanah air.
Makanan bak sebuah arena yang digunakan untuk menjelajahi kerumitan ingatan. Ingatan adalah kata fundamental sebagai definisi tentang pengalaman atau makna yang merujuk pada masa lalu. Gustatory nostalgia melekat begitu intim pada setiap kisah masa lampau. Nostalgia semacam ini memperkaya jejak kenangan yang dirasakan manusia dalam setiap makanan yang tersebar di penjuru dunia. Dengan demikian, makanan dapat dimaknai sebagai penawar rindu pada ingatan di masa lalu.
“Aku kangen dengan gulai tengkleng buatan Ibu… Sebetulnya aku kangen dengan suasana Minggu sore, saat kami semua masak bersama dan Bapak memasang vinyl lagu-lagu The Beatles,” kenang Laut yang tengah menunggu maut menjemput di kuil penyiksaan Orde Baru.
Discussion about this post