Debur ombak menghantam bebatuan besar yang berjejal di pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Ribuan plankton terdampar. Kerang-kerang terbawa ombak, menghapus garis-garis jejak langkah para nelayan yang turun dan datang dari laut. Menghapus jejak yang ditinggalkan penyu-penyu kala bertelur di pantai.
Jejak langkah manusia tidak hanya dicetak oleh kaki-kaki para nelayan, namun juga anggota Pokmaswas Kambau Borneo. Mereka adalah penjaga pantai yang bermottokan “Siap Melindungi, Mengawasi dan Melestarikan Sumber Daya Pesisir dan Laut Demi Kesejahteraan Generasi Kini dan Mendatang”.
Pokmaswas Kambau Borneo

Pokmaswas Kambau Borneo diresmikan pada 16 Juni 2011. Beranggotakan hampir tiga puluh orang dengan latar belakang profesi yang beragam. Mulai dari guru, nelayan, dan petani. Kesadaran untuk menjaga kelestarian penyu dan kekayaan hayati pantai Kecamatan Paloh telah menyatukan mereka.
Pokmawas Kambau Borneo dibentuk atas inisiatif masyarakat yang sadar terhadap konservasi penyu. Setiap malam, kamp Pokmaswas yang berada di salah satu desa tidak pernah kosong.

Secara bergantian selalu ada dua hingga empat orang anggota yang melakukan patroli. Meski tindakan kecil, upaya mereka tidak dapat dipandang remeh. Demi menjadikan pantai Paloh sebagai wilayah menyenangkan untuk penyu singgah dan bertelur.
Selain Pokmaswas, banyak hal lagi yang dilakukan oleh masyarakat. Ketika melaut beberapa nelayan dilengkapi alat tangkap khusus.
Hasil pendampingan dari yayasan-yayasan lingkungan, jala mereka dilengkapi dengan lampu LED. Tujuannya, mengusir penyu sehingga satwa tersebut tidak ikut-ikutan masuk ke dalam jala.
Daya Tarik Penyu untuk Ekowisata

Regulasi juga diperkuat di tataran pemerintah lokal. Pemerintah Kabupaten Sambas sedang berupaya mengembangkan ekowisata berbasis culture, adventure, and nature di kawasan ini.
Keberadaan penyu sebagai daya tariknya. Menemukan penyu di Paloh pada musim bertelur, sama mudahnya dengan menemukan kucing di perkotaan.
Festival Pesisir Paloh (FESPA)
Setahun sekali sejak tahun 2012, di kawasan pantai Paloh rutin diadakan Festival Pesisir Paloh (FESPA). Hubungan adanya FESPA dan pelestarian Penyu sangat erat.
FESPA diselenggarakan sebagai pengganti pesta rakyat masa lalu yang berisikan atraksi saling melempar telur penyu. FESPA kebalikannya. Selain hiburan, edukasi dan informasi mengenai Penyu menjadi bagian penting dalam acara ini.
Kepiting dan Lautan Luas, Rudyard Kipling
Keberadaan penyu di Kalimantan bukan barang baru, dikenal oleh dunia lebih dari seabad yang lalu. Silakan baca cerita Kepiting dan Lautan Luas, yang tercantum dalam kumpulan cerita Just so Stories.
Karya sastrawan peraih Nobel Sastra tahun 1900, Rudyard Kipling. Melalui Kepiting dan Lautan Luas, penulis karya terkenal The Jungle Book itu menghubungkan antara penyu dan Kalimantan.
Kepiting dan Lautan Luas bercerita tentang penyihir tua yang bertemu dengan beberapa hewan. Ia menciptakan tempat tinggal bagi hewan-hewan tersebut. Bagi penyu, penyihir tua itu menciptakan Kalimantan.
Jejak Penyu di Pantai Paloh

Kisah penyihir tua dan penyu tentu hanya sebuah dongeng. Namun kenyataannya, di Paloh, jejak penyu telah tercetak di atas pasir, terhapus ombak, tercetak lagi, begitu terus. Entah sejak kapan, entah sampai kapan. Jejak itu dibentuk oleh sirip kanan kiri yang mengais-ngais pasir, mendorong pemiliknya secara lamat-lamat naik ke darat atau turun ke lautan.
Sayang sekali bila seumur hidup tidak pernah menyaksikannya. Akan cukup indah jika membuat foto simbolis seperti ini: jejak anda dan jejak penyu berdampingan dalam satu bingkai kamera. Berdampingan, tanpa perlu menghapus jejak salah satunya.
Discussion about this post