• ABOUT US
  • PRIVACY POLICY
  • TERM OF USE
  • DISCLAIMER
  • HUBUNGI KAMI
  • SITEMAP
Selasa, 17 Mei 2022
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
  • Login
  • KELANA
  • AKOMODASI
  • SOSOK
  • HIPOTESA
  • BUDAYA
  • KULINER
  • ACARA
Kelana Nusantara
  • KELANA
  • AKOMODASI
  • SOSOK
  • HIPOTESA
  • BUDAYA
  • KULINER
  • ACARA
  • Login
No Result
View All Result
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
Orang Indonesia Doyan Buang-buang Makanan!

© Mabel Amber via Pixabay

Filantropi Pandemi Berbagi Paket Makanan

Amok: Kegilaan Masyarakat Nusantara

Orang Indonesia Doyan Buang-buang Makanan!

Ini sudah menyangkut isu kemanusiaan dan spiritual

Zukhrufah DA by Zukhrufah DA
17 Mei, 2020
in Hipotesa, ZZ Slider Utama
36 2
0
Share on Facebook

Baca jugaArtikel :

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Saat masih usia belasan, saya pernah kerja sebagai pelayan di kafe dekat kampus. Momen ini membuat saya sadar banyaknya orang yang datang dan pergi ke kafe; bukan tuk memesan dan menghabiskan makanan, tapi tuk memesan dan menyisakan makanan mereka.

Saat itu yang ada di pikiran saya bukan tentang bagaimana orang [yang merasa] kaya tidak sayang membuang-buang uang mereka, tapi kenapa banyak orang yang tidak bisa menghargai dan mensyukuri apa yang sudah mereka dapatkan.

Ketika itu, saya berpikir mereka bukan hanya tidak mensyukuri pemberian Tuhan, tetapi juga tidak menghargai apa yang sudah diberikan oleh para koki, barista, dan pelayan di kafe kami. Bagi saya, sisa makanan (food waste) bukan sekadar isu lingkungan, tapi sudah menyangkut isu kemanusiaan dan spiritual.

Tingkat Kelaparan di Tengah Sisa Makanan yang Terbuang

View this post on Instagram

#EdubisKilatW4C Apa perbedaan Food Loss dan Food Waste? . Buat yang mulai peduli dengan pengelolaan sampah, terutama bahan organik, mungkin sudah sering dengar istilah Food Loss dan Food Waste, sudah tahu perbedaannya belum? . #FoodLoss adalah berkurangnya kualitas atau kuantitas bahan makanan akibat keputusan dan aksi dari produsen, distributor dan pihak lainnya dalam rantai produksi dan distribusi makanan. Contohnya, makanan yang rusak atau hilang dalam proses pengiriman dari produsen ke toko. . #FoodWaste adalah berkurangnya kualitas atau kuantitas bahan makanan akibat keputusan dan aksi dari distributor, penjual dan konsumen. . Contohnya bahan makanan yang terbuang karena penampilannya kurang sesuai dengan standar pasar, bahan makanan yang terbuang karena dianggap kedaluwarsa, serta bahan makanan yang terbuang sebagai sisa makanan padahal sebenarnya masih bisa dikonsumsi atau dimanfaatkan sebagai pakan hewan dan kompos. . Yuk lebih peduli dengan pengelolaan bahan organik. Bahan makanan yang kamu beli bisa bantu kualitas hidup banyak orang yang lebih membutuhkan. Jangan langsung dibuang, ya! . Bahan organik jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi pencemar lingkungan. Jadi jika memang tak lagi bisa dikonsumsi, ayo dikelola dengan baik agar manfaatnya tetap maksimal! . #BijakKelolaSampah #FoodLoss #FoodWaste #SerumahPilahSampah #100PersenTerpilah

A post shared by Waste4Change (@waste4change) on Oct 30, 2019 at 12:04am PDT

Sebagian besar sampah organik yang dihasilkan manusia berasal dari sisa-sisa makanan. Mulai dari kulit buah dan sayuran, tulang-belulang, makanan kedaluwarsa, sampai sisa makanan yang tidak habis karena kekenyangan atau sekadar lapar mata.

“Tahukah kamu berapa banyak sisa makanan yang kamu hasilkan dalam sehari?”

Menurut waste4change.com, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebutkan bahwa sekitar sepertiga atau 1,3 miliar ton makanan yang diproduksi di dunia setiap tahunnya terbuang sia-sia.

Di Indonesia, hampir 13 juta ton makanan terbuang setiap tahunnya. Padahal, jumlah tersebut bisa memberi makan sekitar 28 juta orang, yaitu jumlah yang sama dengan tingkat kelaparan di Indonesia.

Tradisi Resepsi Pernikahan Penyumbang Sisa Makanan

Sampah organik salah satu penyumbang terbesar pemanasan global. Mirisnya, meskipun Amerika dianggap sebagai negara konsumtif, warganya hanya membuang hampir 277 kilogram makanan per kapita setiap tahunnya (2016).

Indonesia justru membuang lebih dari itu, yaitu sekitar 300 kilogram per orang setiap tahunnya. Lalu, ada Arab Saudi sebagai negara dengan jumlah penyumbang sampah organik terbanyak, yaitu hampir 427 kilogram makanan per orang setiap tahun.

Kenapa Indonesia dan Arab Saudi membuang begitu banyak makanan? Salah satu alasannya terletak pada tradisi upacara atau resepsi pernikahan yang berlebihan. Faktanya, 90 persen makanan yang dipasok selama upacara atau resepsi pernikahan di kedua negara tersebut berakhir di tempat sampah.

Penyumbang Terbesar Pemanasan Global

Kompos Organik dari Sisa Makanan © Meineresterampe via Pixabay

Bukan cuma sampah plastik, sampah organik juga penyumbang terbesar pemanasan global. Padahal, pengelolaan sampah organik yang benar bisa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kita bisa mengolahnya jadi kompos untuk menyuburkan tanah, makanan bergizi bagi hewan peliharaan, dan sumber energi terbarukan (biogas).

Sayangnya, banyak orang memilih untuk membuangnya ke tempat sampah dan membiarkan sampah organik berbaur dengan sampah lain sehingga menimbulkan reaksi anaerobik yang menghasilkan gas metana berbahaya bagi lapisan ozon.

Implikasi religius dan spiritual

“All faith communities recognize that food is miraculous.”

Membuang-buang makanan bukan sekadar isu lingkungan. Kalimat ini merepresentasikan seberapa besar rasa syukur yang bisa kita ungkapkan kepada Maha Pencipta dan Semesta yang telah memberi kehidupan.

Dalam konteks religius, beberapa agama mengaitkan membuang makanan dengan nilai-nilai keagamaan dan spiritual. Pada tulisan ini, saya hanya akan membahas implikasi religius dan spiritual dalam isu food waste terkait empat agama besar yang ada di dunia.

#1: Nilai-nilai religius dalam Alquran

Islam memandang makanan sebagai bagian dari harta. Membuang-buangnya sama saja dengan menyia-nyiakan harta. Hal ini terdapat dalam ayat Alquran dan hadis berikut:

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al-Isra: 26-27)

“Sesungguhnya Allah membenci kalian karena tiga hal: kata-katanya (berita dusta), menyia-nyiakan harta, dan banyak meminta.” (HR. Bukhari)

#2: Nilai-nilai kemanusiaan dalam Injil

Sementara itu, terdapat seruan dalam Injil untuk mengelola sisa makanan dan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang miskin dan kelaparan di sekitar kita yang berbunyi:

“Dan setelah mereka kenyang, Ia berkata kepada murid-murid-Nya: Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” (Yohanes 6:12)

Dalam Audiensi Umum 2013, Paus Francis menyampaikan beberapa komentar yang jelas tentang bagaimana konsumerisme telah membuat manusia terbiasa dengan pemborosan makanan sehingga tidak mampu memberikan keadilan sosial bagi masyarakat lainnya. Menurutnya, membuang makanan sama saja dengan mencuri dari orang miskin dan kelaparan.

“Consumerism has accustomed us to waste. But throwing food away is like stealing it from the poor and hungry.” – Pope Francis

#3: Nilai-nilai spiritual dalam ajaran Buddha dan Hindu

Dalam ajaran Buddha, ada yang dinamakan mindful eating atau intuitive eating, yaitu bagaimana memperlakukan makanan dengan baik. Ajaran ini tidak melarang memakan apa pun, tetapi lebih berfokus pada cara menikmati makanan bukan secara emosional, melainkan spiritual.

Inti ajaran ini adalah bagaimana manusia bisa memaknai setiap makanan tanpa mengonsumsinya secara tergesa-gesa, tidak diselingi dengan kegiatan lain (seperti bermain gawai), merasa cukup dengan apa yang dimakan, dan membina kedekatan spiritual dengan sumber makanan.

Mengutip zerowasteadventures.com, makan perlahan-lahan membuat kita mengunyah dengan lebih baik. Anjuran mengunyah 30 kali sebelum ditelan akan membuat kita menikmati setiap gigitannya, merasakan tekstur makanan yang dikonsumsi, dan memberikan efek kenyang yang lebih lama.
Lebih dari itu, mindful eating juga membuat kita lebih menghargai makanan (mulai dari siapa yang menanamnya, berapa jauh perjalanan yang harus ditempuh agar makanan tersebut sampai ke hadapan kita, hingga membuat kita merasa cukup.
Dalam thecounter.org, salah satu teks keagamaan utama pada kepercayaan Hindu menyatakan kalau “semua makhluk hidup” adalah “perluasan” dewa Krishna. Menyia-nyiakan semua yang ada di bumi, termasuk makanan, adalah tindakan yang hina secara spiritual.
Hal ini sejalan dengan mindful eating dalam ajaran Buddha. Bahkan, Gopal Patel dari kelompok The Bhumi Project, mengatakan kalau pendekatan tersebut sejalan dengan ajaran Islam, Kristen, dan Yahudi.

Bagaimana sebaiknya memperlakukan makanan?

Pertama, susun perencanaan untuk membuat (baca: memasak) atau membeli makanan yang dibutuhkan (bukan diinginkan). Lihat panduan pengelolaan makanan dari EPA yang berjudul Food: Too Good to Waste untuk membuat perencanaan makanan agar tidak banyak membuangnya.

Hindari mengambil makanan terlalu banyak (lebih baik nambah daripada membuangnya). Beli produk lokal di pasar tradisional untuk mengurangi emisi karbon akibat transportasi pengiriman.

Pisahkan sampah organik dari sampah lainnya. Karena sampah organik akan membusuk, sebaiknya simpan di kompartemen tertutup. Menjadi relawan kampanye lingkungan di sekitar tempat tinggalmu.

Yuk, habiskan makananmu dan kelola sampahmu!

Artikel Ini Rilis Bersama Perempuansufi

 

Tags: Food WasteKelana Nusantaraopini kelana
Share21Tweet13Pin5SendShareSend
Previous Post

Filantropi Pandemi Berbagi Paket Makanan

Next Post

Amok: Kegilaan Masyarakat Nusantara

Zukhrufah DA

Zukhrufah DA

Related Posts

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan
Akomodasi

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

3 Februari, 2022
85
Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu
Budaya

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

1 Februari, 2022
83
Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan
Kelana

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

10 Desember, 2021
89
Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami
Hipotesa

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

9 Desember, 2021
65
Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19
ZZ Slider Utama

Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

9 Desember, 2021
70
FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan
Budaya

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

7 Desember, 2021
100

Discussion about this post

Artikel Terpopuler

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

26 Februari, 2020
5.6k
Mengapa Orang Sunda Malas?

Mengapa Orang Sunda Malas?

15 Mei, 2020
5.6k
Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

13 September, 2020
1.2k
Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah

Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah

23 Mei, 2020
2.1k
Daun Kelor: Sejarah, Mitos dan Manfaatnya

Daun Kelor: Sejarah, Mitos dan Manfaatnya

14 September, 2020
1.4k
Kenapa Banyak Orang Menolak Feminisme?

Kenapa Banyak Orang Menolak Feminisme?

12 Mei, 2020
495

Rekomendasi Kelana

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

3 Februari, 2022
85
Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

1 Februari, 2022
83
Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

10 Desember, 2021
89
Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

9 Desember, 2021
65
Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

9 Desember, 2021
70
FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

7 Desember, 2021
100

Yuk Ikuti Kelana Nusantara!

  •       taufan haidar   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       evaanggarr   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       delumanto   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       ant tiflen   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • AS Laksana dan Yusi Avianto Pareanom membawa Semarang yang berbeda dari Nh  Dini  Semarang yang lebih aktual dan kekinian  Tidak ada sawah dan burung kuntul yang beterbangan di atasnya  Tidak ada seekor kerbau menarik pedati untuk mengangkut hasil bumi    Foto oleh  wachidchoirulamin      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • masyarakat Kayaan terdahulu menganggungkan konsep spiritual pada tiga pilar  yakni  Tenangan   pembagi rejeki    Tipang   pencipta   dan  Tinge   pemelihara   Tiga pilar ini memiliki kemiripan dengan konsep trinitas gereja    Foto oleh  litenatu id      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Rendang dan kopi pasangan serasi makanan terenak di dunia     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Family Cafe Bergaya Bohemian di Cijantung  Jakarta Timur     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Restoran yang mengampanyekan gaya hidup Vegan demi lingkungan     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
Facebook Twitter Instagram

Bekal Petualanganmu

Iwakmedia Digital Indonesia

Iwakmedia Workshop II
Ruko Jatimurni, Jl Jatimurni No. 2.
Jatipadang, Pasar Minggu.
Kode Pos 12540. (+6221) 780 8020.
Jakarta - Indonesia
Basecamp Kelana Nusantara
Jl. Mentor, Gg Dakota, RT.01/RW.05
Sukaraja, Cicendo.
Kode Pos 40175.
Kota Bandung - Indonesia

Tentang Kelana Nusantara

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Term Of Use
  • Disclaimer
  • CONTACT US

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

No Result
View All Result
  • About Us
  • Term Of Use
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Sitemap
  • Kelana
  • Sosok
  • Akomodasi
  • Budaya
  • Kuliner
  • Hipotesa
  • Acara
  • Login

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Cookie settingsACCEPT
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary Always Enabled

Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.

Non-necessary

Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.

Add New Playlist