KELANA – Zahwa Islami pemerhati Trauma in Family & Romantic Relationship yang tengah menjalani studi Clinical Psychologist mengkritisi Pseudo Psikologi.
Puteri Indonesia Inteligensi DIY 2019, membagi fenomena Pseudo Psikologi menjadi 5 yaitu Law of Attraction, Phrenology, Palmistry, Astrology/Zodiak, dan terakhir Korban Tiktok.
Menurut Zahwa, Pseudo Psikologi adalah konsep semu yang dipercaya sebagai ilmu psikologi padahal tidak ada dasar ilmiahnya.
Sisifus Kerja dari Rumah untuk Makan
1. Law of Attraction
“You attract what you think.”
“Semesta akan mengabulkan apapun yang kamu pikirkan.”
“Ketika kamu fokus dengan hal menyedihkan, hidupmu akan terus menyedihkan”
“Jika kamu berpikir sukses, maka kamu akan sukses.”
Zahwa menuturkan konsep ini terkait dengan cara kita memotivasi diri untuk selalu optimis.
Namun, menurut Zahwa untuk konsep ini, sebenarnya otak kita sedang membentuk generalisasi dari apa yang kita pikirkan.
Zahra memberi contoh, “Aku pengen beli Lamborghini hitam!”
“Eh 3 hari berlalu malah jadi ketemu Lambo hitam terus.” tulis Zahwa (@zahwaisl) dalam cuitan yang dibagikan melalui Twitter, Selasa, 27 Juli 2021.
“Pikiran fokus di Lambo hitam aja.”
Zahwa menilai orang yang sangat percaya pada Law of Attraction dan menyandarkan takdirnya pada semesta, bisa jadi akan menjatuhkan dirinya sendiri.
Zahwa menambahkan kenapa hal tersebut dapat terjadi karena menyandarkan takdir pada semesta harus disertai dengan plan, purpose, action, challenge, dan support.
“Kenapa?
1. No plan
2. No purpose
3. No action
4. No challenge
5. No support
“Yang penting aku punya semesta.” tulis Zahwa.
Dampaknya menurut Zahwa, ketika kita sangat percaya pada Law of Attraction yang mengharuskan kita untuk berpikir positif hasilnya akan berpotensi menjadi toxic positivity bagi diri dan orang sekitar.
“Or maybe you blame yourself for the things that you can’t control.” tulisnya.
Kemudian Zahwa memberikan contoh Law of Attraction yang bahkan dapat memberikan dampak pada kesehatan.
Salah satunya ketika orang percaya pada pengobatan herbal yang belum terjamin efektivitasnya.
“Kalo sakit tuh jangan minum obat! Obat itu bahan kimia, masa kita mau rusak tubuh? Minum yang herbal, percaya sama Tuhan kalo bakal sembuh.”
Pada penjelasan Law of Attraction, Zahwa kemudian memberikan salah satu buku yang dikritik banyak oleh ilmuwan psikologi, judulnya The Secret.
2. Phrenology
Konsep kedua yang menurut Zahwa masuk dalam konsep Pseudo Psikologi adalah fenomena Phrenology.
Phrenology adalah ilmu membaca karakter seseorang melalui bentuk kepala.
Zahwa mengatakan konsep ini diperkenalkan oleh Franz Gall.
“Tokoh Franz Gall mempercayai bahwa kepala yang besar itu artinya dia cerdas, sedangkan orang ras lain yang kepalanya kecil itu tidak cerdas.
“Hehe sedih.” ungkap Zahwa singat.
3. Palmistry
Selanjutnya, konsep Pseudopsikologi yang cukup menjadi fenomena di masyarakat.
Kita mungkin tidak asing dengan pembacaan nasib dan takdir seseorang melalui garis tangan.
Menurut Zahra fenomena tersebut termasuk konsep Pseudo Psikologi.
Zahra menilai Palm-reading ini identik dengan fortune telling, menjelaskan tentang takdir sial dan beruntung yang ada di masa depan melalui garis tangan.
4. Astrologi aka ramalan zodiak
Kemudian, konsep Pseudo Psikologi yang paling digemari dan relatif dipercaya adalah fenomena astrologi, atau percaya pada ramalan zodiak.
Zahwa memberikan contoh fenomena ini.
“Aku tuh sagittarius, gabisa banget komitmen sama orang.” tulis Zahwa.
“Sumpah ya, kenapa si pada kesel ama gemini. Tapi emang dia itu gemini banget sih”
“Aku kan pisces, wajar dong kalo aku sensi.”
Zahwa mengungkapkan 3 alasan beberapa ilmuan tidak sepakat dengan astrologi.
1. Prediksinya abu-abu dan tidak berdasarkan fakta riset
2. Teori berdasar astronomi padahal letak bintang selalu berubah
3. Tidak ada kritik dan evaluasi terhadap konsepnya
Manurut Zahwa, ramalan zodiak erat dengan konsep Barnum Effect atau Forrec Effect.
Barnum effect adalah ketika seseorang percaya pada deskripsi kepribadian yang umum, abu-abu, dan dapat diterapkan pada siapa saja.
Zahwa memberikan contoh, “Aries kalo pacaran dan udah bosen, biasanya cari selingkuhan yang bikin bahagia.”
“Lah iya orang cari selingkuhan ya biar bahagia lah, masa bikin sedih. Semua zodiak juga bakal gitu kalik.”
“Humans are so wonderfully complicated, and no one theory of human behavior or development can explain every aspect of our actions.” tulis Zahwa.
5. Korban TikTok
Terakhir Zahwa membuat sebuah istilah, “Korban TikTok”, untuk fenomena Pseudo Psikologi yang kerap terjadi di media sosial.
Tidak dapat dipungkiri penggunaan media sosial, salah satunya TikTok, yang paling digemari saat ini memberikan dampak khususnya untuk hal-hal terkait kepribadian.
Zahwa menuliskan salah satu fenomena berupa konten video, “Dia bakal kembali lagi dan meminta maaf karena pergi, karena kalian berjodoh.”
Menurut Zahwa, konten seperti itu tidak sepenuhnya dapat dipercaya.
“AKU PERCAYA DAN ORANGNYA SEKARANG UDAH NIKAH HAHAHAHA.” respon Zahwa.
Zahwa kemudian memberikan penggambaran mengenai tes psikologi yang menunjukkan atau meminta kita menggambar.
“Nah selama itu diberikan secara prosedural, berarti itu berlandaskan riset penelitian.”
“Tapi kalau penyajiannya di google dan hanya berdasar 1 gambar, hmm.” ujar Zahwa mempertanyakan.
“Anyway, walaupun sampai saat ini banyak yang percaya zodiak itu psedupsikologi. Banyak juga orang yang mempercayai astrology dan mencoba melakukan riset lebih dalam
“Bisa jadi, kita masih menganggap semu karena keterbatasan ilmu kita.” tulis Zahwa mengakhiri bahasan mengenai Pseudo Psikologi.***
Sumber: twitter.com/zahwaisl
Discussion about this post