• ABOUT US
  • PRIVACY POLICY
  • TERM OF USE
  • DISCLAIMER
  • HUBUNGI KAMI
  • SITEMAP
Senin, 4 Juli 2022
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
  • Login
  • KELANA
  • AKOMODASI
  • SOSOK
  • HIPOTESA
  • BUDAYA
  • KULINER
  • ACARA
Kelana Nusantara
  • KELANA
  • AKOMODASI
  • SOSOK
  • HIPOTESA
  • BUDAYA
  • KULINER
  • ACARA
  • Login
No Result
View All Result
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

Peron Stasiun Demak

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

Alur sejarah trem uap di Hindia-Belanda dimulai pada 1 Desember 1882 dengan dibukanya jalur dalam kota Semarang dari Jurnatan ke Jomblang

Lengkong Sanggar Ginaris by Lengkong Sanggar Ginaris
9 Desember, 2021
in Budaya, ZZ Slider Utama
6 min read
11 1
0
Share on Facebook

KELANA – Kehadiran moda transportasi darat, dalam hal ini kereta api/trem uap di Demak tidak lepas dari meningkatnya arus perdagangan antara Eropa dan Hindia-Belanda.

Terutama setelah pembukaan Terusan Suez pada 1869.

Investasi asing kemudian berdatangan memacu arus pertumbuhan ekonomi Hindia-Belanda.

Baca jugaArtikel :

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

Namun, pertumbuhan ekonomi belum ditopang oleh infrastruktur yang memadai.

Stasiun Kereta api Demak saat masih aktif. (Sumber: Berita Buana, 11-02-1975. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI)

Jalan raya utama Groote Post Weg yang dibangun pada masa Daendels (1808-1811), akses utama yang melewati Demak ketika itu masih berwujud jalan tanah, sulit dilewati saat musim hujan.

Perbaikan berungkali pada jalan tersebut membebani keuangan pemerintah.

Sementara angkutan darat yang ada ketika itu masih berupa pedati dan perahu yang daya angkutnya terbatas.

Warisan Keluarga Schumtzer di Ganjuran, Yogyakarta

Sejak 1867 kehadiran moda transportasi kereta api di Pulau Jawa sedikit menjawab beberapa kendala.

Namun, masalah selanjutnya pembangunan jalur kereta api menghabiskan dana yang cukup tinggi, sehingga belum mampu menyambungkan jalur di beberapa wilayah.

Pantura jadi salah satu contoh, kawasan dengan potensi cukup besar, memiliki populasi penduduk yang mulai ramai dan pasar-pasar yang buka setiap harinya.

Kawasan ini juga memiliki tujuh pabrik gula yang angka produksinya lumayan tinggi.

Segala potensi tersebut belum mampu menarik perhatian pemerintah untuk membuatkan jalur kereta di sana.

Ketika itu, pemerintah masih terpaku pada pembuatan jalur kereta api pada wilayah Jawa bagian selatan danwilayah pantai utara Jawa masih belum terjangkau kereta (SJS, 1907; 9-10).

Salah satu rangkaian trem yang dioperasikan Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (sumber: media-kitlv.nl)

Trem uap di negeri Belanda

Menyebrang jauh ke negeri Belanda, pada rentang tahun yang sama, 1879, masyarakat mulai menggunakan moda transportasi berbasis rel, yaitu trem uap.

Trem uap sekilas menyerupai kereta api, perbedaaannya kecepatan moda transportasi ini dibatasi menurut aturan, tidak lebih dari 15 km/jam.

Karena lajunya lebih pelan, trem uap memiliki titik pemberhentian yang banyak.

Dan jadi sarana transportasi komuter di lingkungan pedesaan.

Perbedaan lainnya trem uap memiliki biaya pembangunan yang realtif lebih murah dari kereta api reguler.

Karena jalur trem dibangun dengan memanfaatkan sebagian jalan yang sudah ada, tanpa membuka jalur baru.

“Dari perkembangan transportasi di negeri Belanda sana, akhirnya tercetus gagasan untuk mendatangkan moda transportasi sejenis di Pantura sebagai jawaban untuk mengatasi keadaan perhubungan Pantura yang masih tertinggal dari tempat lainnya itu.” (SJS, 1907: 17).

Konsensi pembangunan trem uap dari Semarang hingga Juwana

Gagasan tersebut berasal dari dua pengusaha Belanda dan seorang Insinyur Inggris.

I.F. Dijkman; mantan ahli mesin di Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij yang kemudian menjadi pengusaha kayu dan kopi di Pati.

Lalu William Walker; insinyur Inggris yang juga importir mesin buatan Inggris, dan Baron G.H. Clifford;

Pengusaha perkebunan yang sudah memiliki pengetahuan mendalam soal lingkungan dan masyarakat di Hindia-Belanda (Dagblad van Zuidholland en ‘s Gravenhage, 19 Agustus 1880).

Baron van der Goes van Dirxland, direktur SJS pertama dan C.L.J. Martens, kepala pembangunan jalur trem Semarang-Joana (Sumber : De Tramwegen op Java)

Ketiganya mengajukan konsensi pembangunan trem uap dari Semarang hingga Juwana kepada pemerintah pada 1 Desember 1870.

Dan konsensi itu akhirnya diberikan pada 18 Maret 1881 berkat dukungan Menteri Koloni saat itu, Baron van Golsten.

Untuk mewujudkan dan mengelola konsensi tersebut, maka dibentuklah maskapai Semarang Joana Stoomtram Maatchappij pada 28 September 1881.

Tahap pembangunan jalur trem SJS diawali dengan penjajakan rute, penentuan lokasi pemberhentian dan jenis lebar lintasan.

Lokomotif yang bakal digunakan, serta penggalangan dukungan dari pemerintah setempat.

Lebar trek yang dipilih menggunakan lebar 0,914 seperti yang tertuang dalam konsesi.

Kemudian, atas permohonan direktur SJS pertama, Baron v.d. Goes van Dirxland, pilihan lebar jalur berubah menjadi 1067 mm mengikuti lebar jalur yang digunakan oleh Staaspoorwegen.

Alur sejarah trem uap di Hindia-Belanda

Alur sejarah trem uap di Hindia-Belanda dimulai pada 1 Desember 1882 dengan dibukanya jalur dalam kota Semarang dari Jurnatan ke Jomblang.

SJS selanjutnya meneruskan sambungan trem ke rute luar kota Semarang hingga Juwana.

Pembangunan jalur yang berada di bawah arahan insinyur Clement Martens tersebut dilakukan secara bertahap.

Tahap pertama adalah ruas Semarang-Genuk yang dibuka pada 2 Juli 1883.

Dan trem uap untuk pertama kalinya beroperasi di Demak terhitung dari dibukanya ruas Genuk-Demak pada 28 September 1883.

Dari Demak, pembangunan jalur trem diteruskan dengan ruas Demak-Kudus yang dibuka 15 Maret 1884 (Rietsma, 1916: 174).

Tahapan pembangunan jalur SJS akhirnya berhasil menyentuh sampai Joana dan dibuka untuk umum pada 19 April 1884 yang dirayakan secara meriah.

Kemeriahan pembukaan jalur trem uap Semarang

Di Demak pembukaan jalur trem uap Semarang-Joana dirayakan dengan gelaran permainan rakyat di alun-alun seperti balap karung dan panjat pinang (De Nieuwe Vorstenlanden, 25 April 1884).

Letak Stasiun Demak sebelum direlokasi dan setelah direlokasi (sumber: maps.library.leiden.edu)

Salah satu titik yang dilalui rute tersebut adalah Demak, dengan tempat pemberhentian semula diposisikan dekat dengan Pasar Bintoro.

Ini karena sejak awal, SJS sengaja menempatkan stasiun sedekat mungkin dengan pasar di wilayah kota-kota besar.

Alasannya untuk mendapatkan lebih banyak penumpang dan barang.

Pemilihan lokasi ini tidak terlalu bermasalah di tempat lain.

Hanya saja khusus di Demak, pemerintah setempat khawatir jika stasiun berdekatan dengan pasar akan menimbulkan gangguan lalu lintas.

Ditambah kemungkinan jika pedagang pasar akan menggelar dagangannya di atas rel.

Negosiasi akhirnya dilakukan oleh SJS yang berlangsung dari Januari hingga Agustus 1883.

Hasilnya, SJS diizinkan pemerintah untuk membuka stasiun di dekat pasar Demak. SJS rupanya sudah menggali karakter masyarakat Jawa saat itu.

Menurut SJS, bila ada trem yang hendak melintas dan di depannya ada kerumunan, kerumuman itu dengan sendirinya akan membuka jalan untuk trem yang akan lewat dan kembali berkeruman seperti sedia kala setelah trem melintas (SJS, 1907: 53).

Stasiun Demak (A), gudang stasiun (B), dan menara air (C)

Kehadiran trem uap membawa manfaat untuk Demak

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran jalur trem Semarang-Juwana yang melintasi Demak telah mendatangkan manfaat yang sangat memuaskan.

Arus perpindahan barang dan penduduk antar wilayah menjadi lebih lancar dari sebelumnya.

Sebagai lumbung padi Jawa pada saat itu, hasil dapat diangkut ke berbagai tempat dengan cepat sehingga resiko hasil panen membusuk di perjalanan dapat terhindarkan.

Di samping itu, barang-barang yang diimpor dari luar dapat didatangkan ke pedalaman sehingga masyarakat yang tinggal jauh dari pelabuhan dapat mendapatkan barang dengan mudah.

Keberadaan jalur trem uap juga dimanfaatkan oleh peziarah makam Walisango.

Mengingat makam salah satu Walisanga, Sunan Kalijaga, letaknya tidak terlampau jauh dari stasiun Demak.

Sisi lainnya berdampak negatif pada sebagian penduduk lokal

Sekalipun membawa manfaat yang cukup besar, di sisi lain kehadiran kereta api dan trem telah merampas rezeki sebagian penduduk lokal seperti yang ditulis G.D Willinck untuk harian De Locomotief, 4 September 1897.

Sebelum adanya kereta dan trem, perpindahan barang dan penumpang bergantung pada layanan pedati dan perahu yang disediakan oleh penduduk lokal.

Pendapatan sekitar ribuan gulden bisa mereka raup setiap tahunnya.

Pemilik warung pinggir jalan pun juga kecipratan sebagian rezeki dari kegiatan itu.

Namun secara tiba-tiba, kehadiran trem membuat pendapatan mereka merosot tajam.

Masyarakat berbondong-bondong beralih ke trem sebagai moda transportasi karena lebih cepat dan ongkosnya terjangkau untuk semua kalangan.

Akhirnya uang yang dulunya mengalir di antara rakyat lokal, kini semuanya terserap keluar ke negeri Belanda, ke kantung-kantung investor SJS di negeri Belanda.

Peron Stasiun Demak/Kelananusantara/Lengkong Sanggar Ginaris

Stasiun Demak semakin ramai dan berkembang

Stasiun Demak bertambah ramai seiring dibukanya jalur percabangan ke arah Godong yang mulai beroperasi pada 15 November 1888.

Kemudian pada 13 September 1894, selesailah tahapan pembangunan jalur Demak-Blora sehingga Stasiun Demak menjadi lebih ramai daripada sebelumnya.

Menginjak abad ke-20, kegiatan Stasiun Demak akhirnya menjadi lebih padat sehingga bangunan dan emplasemen stasiun Demak yang sudah ada selama ini dirasa tidak mencukupi untuk kebutuhan angkutan trem.

Karena itu, SJS memutuskan untuk membangun stasiun Demak baru di sebelah barat kota.

Pembangunan ini tertuang dalam surat permohonan kepala perwakilan SJS di Hindia-Belanda, Hendrik Jacobs, yang dialamatkan kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda tertanggal 1 Desember 1912.

Meskipun wacana pembangunan stasiun kedua Demak sudah digulirkan dari tahun 1912, pembangunan stasiun akhirnya dihentikan untuk sementara pada tahun 1915 akibat Perang Dunia I sedang berkecamuk di Eropa yang menyebabkan tersendanya pasokan barang dari luar.

Setelah tertunda beberapa waktu, pembangunan stasiun baru Demak kembali dilanjutkan pada bulan November 1919.

Insinyur yang bertanggungjawab atas pembangunan stasiun adalah insinyur Sehonevegel dan rancangannya bangunan stasiun dibuat oleh arsitek Van Leeuwen.

Sementara proses pembangunannya diawasi oleh seorang pribumi bernama Widagdi. (De Locomotief, 26 April 1921).

Peninggalan sejarah stasiun kereta api Demak/Kelananusantara/Lengkong Sanggar Ginaris

Pesta peresmian stasium Demak Baru

Pada malam tanggal 25 April 1921 pukul tujuh kurang seperempat, sebuah rangkaian trem uap berangkat meninggalkan Stasiun Jurnatan Semarang menuju ke arah Demak.

Trem tersebut mengangkut rombongan tamu undangan yang pada malam itu berkesempatan untuk menyaksikan seremoni peresmian stasiun Demak Baru.

Di dalam rombongan itu, tampak wakil direktur SJS, van Alphen.

Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, tibalah mereka di Stasiun Demak Baru yang telah dihiasi dengan aneka dekorasi.

Pesta peresmian tersebut berlangsung sampai pukul sebelas malam.

Keesokan harinya, Stasiun Demak Baru mulai dibuka untuk umum dan operasional Stasiun Demak lama dipindahkan ke stasiun baru.

Saat baru pertama kali dibuka, sempat ada keluhan dari masyarakat  karena jarak stasiun yang baru terlampau jauh dari pusat kota Demak.

Ini karena adanya perubahan konsep pembangunan stasiun yang dibuat oleh SJS.

Jika awalnya SJS sengaja membangun stasiun sedekat mungkin dengan permukiman atau pusat perekonomian.

Maka belakangan SJS memutuskan untuk membangun stasiun baru yang letaknya lebih ke pinggiran.

Lingkungan sekitar Stasiun Demak Baru saat itu masih berupa lahan kosong yang belum berpenghuni.

Dengan keadaan seperti itu, maka SJS dapat membangun gedung stasiun baru yang lebih besar disertai dengan sarana penunjang lainnya.

Meskipun lokasinya sudah berpindah, tata letak stasiun Demak Baru tidak memiliki perbedaan dari perletakan sebelumnya.

Dari segi tata ruang, baik stasiun lama maupun stasiun baru berorientasi pada Jalan Raya Pos yang membelah kota Demak.

Bedanya hanyalah stasiun yang baru diberikan jarak beberapa meter dari jalan raya, tidak seperti stasiun sebelumnya yang berhimpitan langsung dengan jalan raya.

Bagian dalam ruang depan Stasiun Demak/Kelananusantara/Lengkong Sanggar Ginaris

Identitas arsitektur bangunan stasiun Demak Baru

Ciri khas dari bangunan Stasiun Demak adanya atap bentuknya meniru atap Masjid Agung Demak.

Kemudian dibangun jalan penghubung ke jalan raya utama, untuk memancarkan kesan monumental ke seluruh penjuru kota.

Di ujung jalan penghubung yang tegak lurus itulah ditempatkan bangunan stasiun.

Sesudah Stasiun Demak kedua beroperasi, jalur trem dalam kota Demak ditutup dan dialihkan agak ke pinggir.

Tujuannya untuk mengurangi jumlah perlintasan rel dengan jalan utama kota yang seringkali menjadi penghambat arus lalu lintas.

Bangunan Stasiun Demak Baru dibuat berbeda dari pendahulunya.

Bangunan stasiun Demak yang pertama bentuknya berupa peron terbuka tempat penumpang menunggu trem dan di ujung perong ada bangunan kecil untuk kantor.

Tiang dan dinding kedua bangunan tersebut masih terbuat dari kayu.

Sementara bangunan Stasiun Demak Baru bangunannya sudah berdinding bata dan tiang-tiang penyangga atap peronnya terbuat dari besi.

Melangkah ke dalam Stasiun Demak Baru, pengunjung akan melalui ruang depan dengan langit-langit terbuat dari kayu.

Dan dilengkapi dengan deretan jendela kaca sebagai sumber pencahayaan.

Ruang depan ini dahulu adalah tempat penumpang trem uap membeli tiket.

Di sebelah kanan-kiri ruang depan adalah ruang kantor pegawai stasiun.

Di belakang bangunan stasiun, terdapat bekas peron stasiun yang masih dapat dijumpai tegel-tegel lama yang kondisinya sudah rusak.

Bagian ini aslinya dipayungi oleh atap overkapping yang memanjang.

Di bawah bentang atap tersebut berjajar empat lajur rel.

Dua lajur untuk jalur Semarang-Kudus, satu lajur untuk jalur Demak-Purwodadi, dan satu lajur lainnya untuk angkutan barang.

Atap overkapping tersebut masih berdiri di tempatnya hingga tahun 1990an sebelum akhirnya hilang tak berbekas.

Bagian lain yang sudah hilang jejaknya adalah depo lokomotif yang dahulu ada di sebelah barat.

Meskipun sudah ada beberapa bangunan penunjang yang lenyap, untungnya ada bangunan penunjang lain yang masih tersisa seperti menara air, gudang, dan rumah dinas pegawai.

Berakhirnya masa jaya trem uap di Demak

Situasi angkutan trem uap di Demak mulai memasuki masa sulit sesudah tahun 1930.

Karena persaingan dengan moda angkutan truk dan bus yang saat itu mulai bertambah banyak.

Saldo SJS terus menujukan angka rugi meski jumlah personelnya sudah dikurangi dan gaji pegawai dipangkas.

Kondisi semakin bertambah berat pada masa pendudukan Jepang.

Satu persatu pejabat SJS diinternir dan pengelolaan angkutan kereta dan trem uap diambilalih oleh militer Jepang.

Sejumlah jalur ditutup dan Jepang mencopot rel untuk dipindahkan ke tempat lain.

Salah satu jalur yang hampir ditutup Jepang adalah jalur Demak-Blora dengan alasan sudah ada jalur kereta Semarang-Cepu.

Untungnya jalur tersebut urung ditutup setelah insinyur SJS, Ir. M.Ph. Broekhuijsen berhasil meyakinkan kepada kepala perkeretapian Jepang saat itu, Mayor Asaya, bahwa rel jalur Demak-Blora beratnya terlalu ringan dan usianya sudah tua.

Setelah kemerdekaan, situasi politik yang masih tidak menentu membuat pengelolaan jalur trem uap SJS belum dapat pulih.

Alih-alih SJS disatukan dengan maskapai kereta lain menjadi satu badan perkeretapian milik Belanda bernama Vereenigde Spoorweg sebelum akhirnya dilebur ke Djawatan Kereta Api (Broekhuisjen, 1947; 414).

Stasiun Demak akhirnya purna tugas seiring ditutupnya jalur kereta Semarang-Rembang pada tahun 1986.

Berbagai sebab di antaranya karena prasarana yang sudah uzur, banyaknya penumpang gelap, serta kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dan angkutan bis.

Tidak lagi terdengar deru mesin trem uap tiad bergema di peronnya.

Setelah 65 tahun pengabdian dalam melayani penumpang, Stasiun Demak kini sedang tertidur untuk selamanya.***

Sumber:

Broekhuijsen, M. Ph.1947. “De Samarang Joana  Stoomtram-maatscliappij 1882-1947” dalam Spoor en Tramwegen No. 26, 10 Desember 1947 hlm. 411-416.

Rietsma, S. A. 1916. Indische Spoorweg Politiek Deel I. Batavia : Landsdrukkerij.

Semarang Joana Stoomtram Maatschappij. 1907. De Tramwegen op Java. ‘S-Gravenhage : Kon. Ned. Boek – en Kunsthandel van M. M. Couvee

Dagblad van Zuidholland en ‘s Gravenhage, 19 Agustus 1880

De Nieuwe Vorstenlanden, 25 April 1884

De Locomotief, 4 September 1897

De Locomotief, 26 April 1921.

 

 

 

 

Tags: stasiun Demaktrem uap
Share6Tweet4Pin1SendShareSend
Previous Post

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

Next Post

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Lengkong Sanggar Ginaris

Lengkong Sanggar Ginaris

Related Posts

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan
Akomodasi

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

3 Februari, 2022
103
Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu
Budaya

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

1 Februari, 2022
90
Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan
Kelana

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

10 Desember, 2021
97
Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami
Hipotesa

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

9 Desember, 2021
77
FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan
Budaya

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

7 Desember, 2021
113
5 Rekomendasi Villa Bambu Terbaik untuk Honeymoon di Bali
Akomodasi

5 Rekomendasi Villa Bambu Terbaik untuk Honeymoon di Bali

5 Desember, 2021
94

Discussion about this post

Artikel Terpopuler

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

26 Februari, 2020
6k
Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

13 September, 2020
1.3k
Mengapa Orang Sunda Malas?

Mengapa Orang Sunda Malas?

15 Mei, 2020
5.9k
Mengingat Kembali Puisi Mbeling

Menafsir Mata Jeihan Memotret Pancasila

3 Juni, 2020
779
Tizi Restaurant, Sajikan Makanan Khas Jerman di Bandung

Tizi Restaurant, Sajikan Makanan Khas Jerman di Bandung

5 Agustus, 2020
1.1k
LOS tropis, Sajikan Jus Sehat Kekinian

LOS tropis, Sajikan Jus Sehat Kekinian

18 Februari, 2020
757

Rekomendasi Kelana

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

3 Februari, 2022
103
Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

1 Februari, 2022
90
Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

10 Desember, 2021
97
Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

9 Desember, 2021
77
Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

9 Desember, 2021
74
FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

7 Desember, 2021
113

Yuk Ikuti Kelana Nusantara!

  •       taufan haidar   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       evaanggarr   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       delumanto   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       ant tiflen   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • AS Laksana dan Yusi Avianto Pareanom membawa Semarang yang berbeda dari Nh  Dini  Semarang yang lebih aktual dan kekinian  Tidak ada sawah dan burung kuntul yang beterbangan di atasnya  Tidak ada seekor kerbau menarik pedati untuk mengangkut hasil bumi    Foto oleh  wachidchoirulamin      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • masyarakat Kayaan terdahulu menganggungkan konsep spiritual pada tiga pilar  yakni  Tenangan   pembagi rejeki    Tipang   pencipta   dan  Tinge   pemelihara   Tiga pilar ini memiliki kemiripan dengan konsep trinitas gereja    Foto oleh  litenatu id      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Rendang dan kopi pasangan serasi makanan terenak di dunia     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Family Cafe Bergaya Bohemian di Cijantung  Jakarta Timur     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Restoran yang mengampanyekan gaya hidup Vegan demi lingkungan     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
Facebook Twitter Instagram

Bekal Petualanganmu

Iwakmedia Digital Indonesia

Iwakmedia Workshop II
Ruko Jatimurni, Jl Jatimurni No. 2.
Jatipadang, Pasar Minggu.
Kode Pos 12540. (+6221) 780 8020.
Jakarta - Indonesia
Basecamp Kelana Nusantara
Jl. Mentor, Gg Dakota, RT.01/RW.05
Sukaraja, Cicendo.
Kode Pos 40175.
Kota Bandung - Indonesia

Tentang Kelana Nusantara

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Term Of Use
  • Disclaimer
  • CONTACT US

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

No Result
View All Result
  • About Us
  • Term Of Use
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Sitemap
  • Kelana
  • Sosok
  • Akomodasi
  • Budaya
  • Kuliner
  • Hipotesa
  • Acara
  • Login

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Cookie settingsACCEPT
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary Always Enabled

Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.

Non-necessary

Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.

Add New Playlist