Sejarah Tanaman Kelor
Masyarakat Indonesia lebih mengenal Moringa oleifera Lam dengan nama Kelor, spesies yang paling terkenal dari tiga belas genus Moringacae.
Keberadaan awal tanaman ini, diduga berasal dari wilayah bernama Agra dan Oudh, di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya selatan.
Kitab Shushruta Sanhita yang ditulis pada awal abad pertama masehi konon menuliskan nama Shigon untuk tanaman Kelor.
Masyarakat kuno India sudah membudidayakan tanaman ini sejak ribuan tahun yang lalu.
Mereka mengetahui bahwa biji kelor mengandung minyak nabati dan menggunakannya untuk tujuan pengobatan.
Krisnadi (2015) merangkum beberapa sumber, Somali et al, 1984; Mughal et al, 1999 menyebutkan bahwa Kelor adalah tanaman asli dari wilayah barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrika dan Arabia
Mitos daun Kelor
Sewaktu kecil, di halaman rumah nenek tumbuh tanaman kelor berukuran lumayan besar. Meraba-raba ingatan, nenek pernah bilang, “pohon Kelor ini ditanam untuk menangkal energi negatif”. Ketika itu keluarga di rumah nenek percaya, makhluk-makhluk halus di sekitar rumah akan menjauh ketika melihat pohon Kelor.
Masyarakat di beberapa wilayah Nusantara, dahulu bahkan sampai hari ini masih percaya mitos daun ini memiliki daya mistis yang dapat melunturkan pengaruh gaib.
Mitosnya daun ini berguna untuk menetralkann magis, sehingga mereka yang mempunyai ilmu gaib ketika bersentuhan dengan daun ini maka akan lunturlah kekuatannya. Entah.
Ingatan yang masih melekat ketika itu di rumah nenek, ibu, dan bibi kerap merebus daun kelor, kemudian meminum airnya setiap pagi dan sore hari.
Penelitian mengenai daun Kelor
Terlepas dari sisi magis dan mitos tentang tanaman ini. Para peneliti di berbagai negara mengkaji secara ilmiah untuk menguatkan telaah khasiat daun Kelor.
Dahot dalam (Krisnadi, 2015) menuliskan bahwa ekstrak daun Kelor mengandung protein dengan berat molekul rendah yang mempunyai aktivitas antibakteri dan antijamur.
Kemudian Meitzer dan Martin (2000) dalam sumber yang sama meneliti bahwa daun Kelor ketika dilarutkan oleh air dapat digunakan sebagai antibiotika.
Penelian lainnya, masih dari sumber yang sama menuliskan bahwa Daun Kelor mengandung β-karoten, protein, vitamin C, kalsium dan kalium. Serta menjadi sumber makanan yang baik sebagai antioksidan alami, karena adanya berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid (Dillard dan Jerman, 2000; Siddhuraju dan Becker, 2003 dalam Krisnadi, 2015).
Selanjutnya pada penelitian lainnya, menunjukan bahwa daun Kelor mengandung 27% protein, dan sebagai sumber protein, daun Kelor memiliki kandungan asam amino esensial seimbang (Makkar and Becker, 1997).
Manfaat Tanaman Kelor
Wiley InterScience pada 2006 mempublikasikan artikel berjudul “Moringa oleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses”.
Artikel ini berisi ulasan mengenai penggunaan bagian-bagian pada tanaman Kelor. Dituliskan, berbagai bagian dari tanaman ini mengandung mineral penting sumber protein yang baik, vitamin, β-karoten, asam amino fenolat dan berbagai asam amino essensial lainnya.
Kelor menyediakan kombinasi yang kaya dan langka dari zeatin, quercetin, β – sitosterol, asam caffeoylquinic dan kaempferol.
Selain memiliki kandungan mineral yang tinggi, Kelor juga memiliki manfaat untuk pengobatan alami.
Hampir semua bagian dari tanaman Kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong dewasa, bereaksi sebagai stimulan jantung dan peredaran darah.
Saat ini Kelor sedang diteliti untuk digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit dalam sistem kedokteran, khususnya di Asia Selatan
Sementara itu Fuglie LJ dalam The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa (2001), menyebutkan bahwa dalam berat yang sama, daun segar Kelor mengandung :
- Vitamin C, 7 kali lebih banyak dibanding jeruk
- Vitamin A, 4 kali lebih banyak dibanding wortel
- Kalsium, 4 kali lebih banyak dibanding susu (tanpa laktosa)
- Kalium, 3 kali lebih banyak dibanding pisang
- Protein, 2 kali lebih banyak dibanding yoghurt
- Zat besi, 25 kali lebih banyak dibanding bayam
- Kalsium, sampai 8,79 kali lebih banyak dalam bentuk bioavailable.
- Kromium, sampai 25 kali lebih banyak dalam bentuk bioavailable.
- Tembaga, 1.85 lebih banyak yang disimpan dalam hati.
- Besi, 1,77 kali lebih banyak banyak yang diserap ke dalam darah.
- Magnesium, sampai 2,20 kali lebih banyak bioavailable.
- Mangan, 1,63 kali lebih banyak yang disimpan dalam hati.
- Molybdenum, 16,49 kali lebih banyak yang diserap ke dalam darah.
- Selenium, Sampai 17,60 kali efek antioksidan.
- Zinc, 6.46 kali lebih diserap ke dalam darah
- 46 antioksidan kuat alami
- 36 senyawa anti-inflamasi alami
- 18 Asam Amino, 8 diantaranya merupakan asam amino essensial
Daun Kelor untuk Kesehatan Wajah
Pada Jurnal Formulation and evaluation of Antiwrinkle activity of Cream and Nano emulsion of Moringa oleifera seed oil, para ilmuwan telah menemukan khasiat kelor dalam mencegah penuaan dini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa minyak biji kelor mengandung antioksidan yang tinggi.
Selain itu, kandungan antioksidan dalam daun kelor mampu mencegah munculnya keriput karena dapat membantu melawan radikal bebas yang dihasilkan dari sinar UV.
Kelor dapat melindungi keutuhan elastin pada kulit yang berfungsi untuk menjaga kekencangan kulit. Kemudian, minyak kelor juga dapat melembapkan kulit.
Kombinasi dari berbagai khasiat tersebut lantas dapat mencegah munculnya keriput di muka.
Manfaat lainnya untuk wajah, daun kelor dapat membantu mencerahkan warna kulit secara merata dan mencegah noda hitam muncul.
Tumbuk daun kelor dan oleskan pada kulit yang memiliki noda hitam di wajah. Kulit akan senantiasa bersih dan memiliki tekstur yang kenyal dan kencang.
Discussion about this post