Sahabat Kelana, Menurut riset drg. Bambang Samodra dan Ade Satrio Prastyanto dalam purimajapahit. Setiap kerajaan Nusantara memiliki pakaian yang menandai kebesaran raja dan keelokan paras permaisuri.
Pakaian ini disebut Adhimukhyabhusana. Ulasan ini akan berfokus pada pakaian yang dikenakan raja, permaisuri dan rakyat pada kerajaan Majapahit pada abad ke-7 hingga akhir abad ke-16.
Pakaian Kerajaan Majapahit
Kerajaan yang mencapai masa jaya pada era Raja Hayam Wuruk pada 1350 – 1389 ini memiliki pakaian kebesaran bernama Mahabhusana Wilwatiktapura.
Raja dan permaisuri memiliki perbedaan nama, untuk yang dikenakan oleh raja disebut Mahabhusana Rajakaputran Wilwatiktapura. Pakaian ini terdiri dari Makuta, Sumping, Kundala, Kalung, Upawita, Udarabandha, Uncal, Katibandha, Kilatbahu, Gelangkana, Kalpika, Binggel, Nupura, Sampet, Kampuh, Sinjang, Sabuk, Sasampur dan Gamparan.
Sedangkan pakaian yang dikenakan permaisuri kerajaan Majapahit disebut Mahabhusana Rajakaputrian Wilwatiktapura, yang terdiri dari Makuta, Sumping, Kundala, Karah, Kalung, Upawita, Udarabandha, Uncal, Katibandha, Kilatbahu, Gelangkana, Kalpika, Binggel, Nupura, Sampet, Wastra, Kampuh, Sinjang, Sabuk, Sasampur dan Gamparan.
Pakaian Sehari-hari Rakyat Majapahit
Tidak hanya raja dan permaisuri, rakyat di kerajaan Majapahit juga punya pakaian yang biasa dikenakan sehari-hari, bernama Bhusana Gagampang. Laki-laki dan perempuan punya corak dan detail aksesoris yang berbeda.
Laki-laki mengenakan Bhusana Gagampang Putra yang terdiri dari Gelung Cacandyan, Suweng, Kalung, Kilatbahu, Gelangkana, Binggel, Sinjang, Sabuk, Gamparan.
Sedangkan perempuan mengenakan Bhusana Gagampang Putri yang terdiri dari Gelung Kekendon, Suweng, Kalung, Gelangkana, Binggel, Kampuh dengan Sampir, Sinjang dan Gamparan.
Tata Rias Rakyat Majapahit
“Rambut wanita ini disanggul tetapi tidak menggunakan tusuk konde atau ornamen semacamnya.” (Berita Cina)
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh drg. Bambang Samodra dan Ade Satrio Prastyanto dalam purimajapahit. Tata rias zaman kerajaan Majapahit disebut Pahyas Wilwatiktapura.
Tata rias pada zaman Majapahit ini pada bagian wajah terdiri dari Pupur Menur (bedak dari bunga melati), Halis Luncip Candra Tanggal (bentuk alis seperti bulan sabit), Tilaka (tanda di dahi) dan Sipat Pupus Padu (garis kelopak mata yang berpadu di sudut mata).
Kemudian, ada Cecek Kembang ing Hawu (hiasan berbentuk bunga dari abu pada pelipis), Lati Aruna (pewarna bibir merah kecoklatan), Jenu Kanaka (bedak keemasan), Wida Kusuma (bedak dari bunga-bungaan) dan Sekartaji (hiasan bunga pada telinga).
Lalu pada bagian rambut terdiri dari Wahel Salaga ning Menur (untaian bunga melati pada rambut), Tajuk Anggrek Sasangka (hiasan bunga anggrek bulan), Gelung Kekendon (gelung miring kiri untuk wanita), serta Gelung Cacandyan (gelung mengerucut di ubun-ubun menyerupai candi).
Sahabat Kelana, itulah ulasan tentang pakaian yang dikenakan raja, permaisuri dan rakyat pada era Majapahit. Keluhuran budaya Indonesia sudah sangat memperhatikan mode berpakaian bahkan sampai detail tata rias rambut dan wajah semenjak era Majapahit.
Discussion about this post