Wisata spiritual gak selalu berkaitan dengan mengunjungi tempat-tempat peribadatan. Kali ini kita menelusuri Wot Batu, karya konfigurasi seorang Sunaryo.
Mengenal Wisata Spiritual Wot Batu
Wot Batu adalah area terbuka dengan luas kurang lebih 2.000 meter persegi dengan 135 + 1 batu yang disusun secara konseptual dan harmonis.
Batu – batu ini didapat oleh Sunaryo dari garis jalur pegunungan vulkanik yang ada di Bandung lalu kemudian dijadikan suatu karya masterpiece yang abadi. “Sunaryo created Wot Batu to be a spiritual ‘bridge’ : to be the balance between the human soul with the physical manifestations of life, also to be a link of the four elements of nature…..” (Wot Batu)
Memasuki Perjalanan Ruang dan Waktu di Wot Batu
Penelusuran awal di Wot Batu, Sahabat Kelana disambut oleh Batu Gerbang yang berdiri megah sebagai pintu masuk yang menyambut menuju lorong transisi. Pilar dan Kanopi batu dimaksudkan untuk memisahkan area Wot Batu dan dunia luar.
Masuk ke dalam area Wot Batu perjalanan seakan memasuki dimensi spiritual hasil intuisi seorang Sunaryo. Perjalanan spiritual menelusuri alur kehidupan yang narasinya disimbolkan oleh susunan batu.
Batu Abah dan Batu Ambu
Sepasang batu menyambut Sahabat Kelana di ujung lorong transisi. Batu Abah tinggi memanjang memiliki bentuk serupa phallus sebagai Lingga simbol sifat maskulin. Pasangannya Batu Ambu yang bulat melebar sebagai Yoni simbol keperempuanan.
Batu Abah didatangkan dari Bali dan Batu Ambu dari India. Perjalanan panjang kedua batu ini melambangkan dualisme. Mendasari pola pikir masyarakat tradisi Indonesia mengenai keseimbangan yang saling melengkapi dalam semesta (Digital Assistant Wot Batu)
Batu Antara Bumi dan Langit
Berjalan sedikit, menoleh ke sebelah kanan, pada sisi tembok dan berdiri di permukaan tanah terdapat Batu Antara Bumi dan Langit. Karya konfigurasi ini menggambarkan hubungan dualisme yang selaras dengan Batu Abah dan Batu Ambu. Saling melengkapi antara Ayah Langit dan Ibu Bumi.
Batu Antara Bumi dan Langit hadir sebagai penyeimbang terhadap Panggung Kehidupan di sebelahnya. Susunan batu ini menggambarkan alam hayat “yang lain” dalam bayang-bayang, imajinasi dan intuisi. Batu-batu yang terletak melayang merupakan batuan granit yang berasal dari Eropa Selatan. (Digital Asisstant Wot Batu)
Batu Waktu
Selanjutnya, kita akan menemukan Batu Waktu. Batu ini hadir dalam konfigurasi putaran roda-roda gigi logam. Bekerja secara harmonis saling mempengaruhi satu sama lain. Batu Waktu bekerja dengan energi sinar matahari. Lekang dengan siklus waktu yang dapat manusia tempuh.
“Hana nguni hana mangke, Tan hana nguni tan hana mangke”. Tulisan yang tertera di dekat Batu Waktu, adalah amanat dari Raja Galunggung yang berarti, “Apabila ada masa sekarang, maka akan ada masa nanti”
Seperti ditulis dalam Digital Assistant Wot Batu, Sunaryo meyakini bahwa segala hal yang kita lakukan sekarang akan membawa dampak besar bagi masa depan.
Lawang Batu, Simbol Gerbang Sesudah Kematian
Lawang Batu menggenapkan perjalanan kehidupan, menjadi simbol gerbang menuju alam baka sesudah kematian. Lawang Batu dibubuhkan dengan corak sidik jari, lambang adanya manusia dalam kehidupan dan kenyataan itu sendiri – sebagai sebuah peninggalan. (Digital Assistant Wot Batu)
Batu Sapuluh Simbol Energi Ilahi
Selanjutnya, Sahabat Kelana akan mendapati Batu Sapuluh. Susunun konfigurasi batu ini dibangun dari susunan bertingkat sepuluh batu. Dikutip dari Digital Assistant Wot Batu, Batu ini jadi simbol dari energi Ilahi yang mengangkat kita ke langit menuju kesadaran.
Disusun bertumpuk secara intuitif. Berat batu menekan ke bawah akibat gravitasi seolah menyeimbangkan dirinya sendiri, selaras dengan maksudnya dalam menjunjung.
Batu Air di Ujung Kolam Tanpa Batas
Batu Air menggambarkan pemahaman Sunaryo tentang akhir dari kehidupan ini. Terletak di ujung kolam yang tanpa batas, air yang mengalir dan pandangan yang hadir menyatu antara depan dan belakang.
Tanpa batas dan pemisahan. Menggambarkan alam baka yang tenang dan reflektif: kembalinya kita kepada semesta. (Digital Assistant Wot Batu)
Karya Konfigurasi Perjalanan Spiritual dan Transenden Seorang Sunaryo
Setelah menelusuri area Wot Batu, kita seolah menarik mundur waktu sejauh ribuan bahkan juta tahun yang lalu. Di Indonesia kita mengenal zaman Megalitikum, zaman batu besar. Ketika manusia Indonesia ketika itu sudah memiliki kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar.
Menariknya, Wot Batu bukanlah peninggalan sejarah situs Megalitikum, Wot Batu lahir hasil dari cipta karya seorang Sunaryo di Era Milenial Abad 21.
Wot Batu Terhubung dengan Aplikasi
Secara keseluruhan Wot Batu di Bandung ini memiliki 11 Instalasi batu. Terdiri dari 135 + 1 batu yang disusun secara konseptual dan harmonis. Setiap Instalasi memiliki barcode yang terintegrasi dengan aplikasi Digital Assistant Wot Batu. Fungsinya sebagai panduan deskripsi dan makna yang terkandung dari setiap Instalasi batu yang ada.
Itulah pengalaman wisata spiritual mengunjungi Wot Batu, Kalau Sahabat Kelana tertarik, bisa langsung datang ke Jl. Bukit Pakar Timur No. 98, Dago, Bandung, ya.
Discussion about this post