Arus pembangunan modernisasi dan globalisasi begitu cepat, sebut saja Jatinangor, 15 tahun yang lalu kota ini dikenal dengan keberadaan Jembatan Cincin sebagai ikon arsitektur peninggalan kolonial.
Jembatan yang pada 1918 dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf untuk memudahkan pengangkutan hasil perkebunan, saat ini kalah tenar oleh kehadiran bangunan apartemen yang seolah melanggengkan simbol kemajuan.
Warisan budaya memiliki peran penting, mengingat cepatnya arus pembangunan dan modernisasi kota-kota di Indonesia. Pelestarian bangunan dan arsitektur perkotaan dapat menjadi salah satu daya tarik untuk sebuah kawasan.
Memelihara bangunan bersejarah pada suatu kawasan dapat mempererat memori masa lalu dan masa kini. Keberadaan fisik bangunan kuno-bersejarah juga dapat memberi identitas pada suatu kawasan di masa mendatang.
Kita bergerak menjauh dari Jatinangor menuju pusat, Kota Bandung mempunyai beberapa kawasan heritage bersejarah di sejumlah sudutnya.
Salah satunya yang sampai hari ini masih ramai dipenuhi aktivitas perdagangan adalah Jalan ABC. Bukan hanya bangunannya saja yang memiliki nilai sejarah, di Jalan ABC saat ini hidup aktivitas jual-beli barang-barang bersejarah.
Sejarah Jalan ABC
Pada 1892 Jalan ABC dikenal dengan nama ABC Straat dan sudah dipetakan dalam Map of Bandoeng: The Mountain City of Netherland India. Jalan ini adalah tempat bermukimnya 3 etnis utama yaitu Arabieren (A), Boemipoetra (B) dan Chinezen (C). Oleh karenanya, kawasan ini diberi nama ABC.
Mengutip Jurnal, Jejak Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung, Sugiri Kustedja, Komunitas Tionghoa cenderung bermukim di sekitar pusat simpul transportasi perhubungan yaitu jalan raya, jalan kereta api, stasiun kereta api, dan pasar sebagai pusat perdagangan (Pasar Baroe).
Ciri lainnya, dari segi arsitektur, hunian komunitas Tionghoa berupa deretan bangunan rumah petak dan ruko satu lantai yang menyambung sepanjang tepi jalan utama .
Tempat berdagang dan tinggal bercampur, dinding muka masing-masing unit dapat dibuka lepas pada pagi hari saat berdagang dan ditutup kembali sore hari ketika kegiatan berhenti. Bagian belakang atau lantai atas berfungsi untuk tempat tinggal berupa ruko horizontal atau vertikal.
Semua ciri ini dapat diperhatikan di sepanjang Jalan ABC yang sampai hari ini mayoritas dihuni pedagang-pedagang dari Tionghoa.
Pusat perdagangan dengan identitas yang kuat
Hari ini, Jalan ABC masih tetap kuat melekat identitasnya dikenal sebagai salah satu pusat aktivitas perdagangan barang-barang elektronik dengan harga murah.
Salah satu pusat penjualan serta servis jam tangan/dinding, kacamata prelove, dan kamera analog di Kota Bandung. Tidak hanya itu, jalan ini mampu menghadirkan nuasana masa lalu yang pekat.
Kita dapat menemukan pedagang street food di sisi jalan, beberapa darinya bahkan sudah berdagang berpuluh tahun lamanya.
Kita juga mendapatkan ambience unik lainnya yaitu aktivitas musisi jalanan, hingga keberadaan becak yang kerap lalu lalang menambah kuat ikon jalan ini.
Berburu jam tangan prelove
Selain sebagai pusat perdagangan barang elektronik, berkunjung ke jalan ini, kita juga menemukan banyak pedagang jam tangan vintage dan prelove branded yang tersebar di sepanjang sisi jalan.
Kebanyakan para penjual jam tangan ini sudah berjualan sejak tahun 1970-an. Tidak hanya berjualan, beberapa gerai etalase kaca di sisi jalan ini juga menerima jasa servis jam tangan. Ongkos jasa perbaikan bergantung pada tingkat kerusakan.
Tempatnya berburu kacamata vintage di Bandung
Selain jam tangan, kita juga akan menemukan pedagang kacamata. Bila sedang beruntung, model kacamata vintage unik dan ikonik yang pernah jadi tren di tahun tertentu.
Di sini, kita juga bisa membawa kacamata yang sudah dalam kondisi rusak, karena beberapa gerai di sisi jalan ini juga melayani jasa perbaikan kacamata. Mulai dari ganti frame, penyangga, hingga kaca.
Salah satu pusat kamera analog
Tidak cukup itu, pecinta fotografi analog selalu mengingat Jalan ABC sebagai salah satu tujuan.
Sejumlah gerai di Jalan ini menjual kamera analog dari berbagai merk. Bahkan, lensa-lensa kamera yang sudah jarang ditemukan, ada di tempat ini.
Jadi, buat Sahabat Kelana yang kepengen menikmati nuansa kawasan peninggalan kolonial, bisa berkunjung ke tempat ini ya, tapi tetap menjaga kesadaran dengan menjaga jarak dan kewaspadaan. Kalau gak penting-penting banget lebih baik #dirumah dulu aja.
Discussion about this post