Sahabat Kelana, setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan kuliner Nusantara yang beragam. Tidak sedikit juga terjadi pertukaran, perpindahan dan akulturasi antara budaya.
Saya jadi ingat pengalaman buka puasa bersama masyarakat desa Kertasari, Kabupaten Sumbawa Barat. Salah satu makanan tradisional yang saya cicipi ketika itu adalah Lappa’ – Lappa’
Menurut informasi yang didapat dari masyarakat Kertasari, makanan tradisional ini mengalami perpindahan budaya. Sejatinya makanan ini berasal dari wilayah Sulawesi. Menyebrang jauh dibawa pengelana-pengelana suku Selayar menuju tanah Sumbawa.
Perpindahan Budaya pada Makanan Tradisional
Sahabat Kelana, Lappa’ – Lappa’ tidak sepopuler kalau kita mendengar makanan lain, Cilok misalnya. Makanan tradisional ini secara tekstur dan rasa sekilas mirip dengan Wajik. Bedanya, Wajik berbahan dasar beras ketan dan gula merah, sedangkan Lappa’ – Lappa’ terbuat dari jagung dan gula merah. Dibalut daun jagung muda, kemudian dikukus dengan kayu bakar. Proses ini yang membuat rasa dari Lappa’ – Lappa’ begitu khas.
Saya mencicipi langsung Lappa’ – Lappa’ yang diolah petani-petani jagung di desa Kertasari, kec. Taliwang, kab. Sumbawa Barat. Tepat ketika adzan magrib berkumandang, tanda berbuka puasa.
Kehadiran Lappa’ – Lappa’ di desa Kertasari berawal ketika imigran dari Sulawesi Selatan membawa serta budayanya dan menempati hampir 100% jumlah populasi masyarakat desa ini.
“Kami biasa memasak Lappa’ – Lappa’ di lokasi ladang jagung sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas berlimpahnya hasil panen jagung”, tutur Tetta (bapak) Patta salah satu penduduk Kertasari.
Tetta menambahkan, masyarakat desa Kertasari biasa menghidangkan Lappa’ – Lappa’ ketika momen-momen bulan Ramadan. Momen ini bertepatan dengan saat masyarakat memanen jagung di ladang. Makanan tradisional ini disajikan sebagai takjil untuk buka puasa.
Jagung Komoditas Utama Masyarakat
Jagung jadi salah satu komoditas utama di pulau Sumbawa. Memanfaatkan kontur alam yang membentang luas dengan iklim yang kering, masyarakat Sumbawa memaksimalkan ladang mereka untuk menanam jagung sebagai salah satu mata pencaharian hidup. Jagung yang dihasilkan tidak main-main.
Pada tahun 2017, Sumbawa menghasilkan jagung dari area seluas 97 ribu hektar, dengan rata-rata hasil panen sejumlah tujuh kilogram per hektarnya. Lebih kurang 700.000 ton jagung dihasilkan Kabupaten Sumbawa. Pada tahun 2018, Kabupaten Sumbawa Mengeskpor 11.500 ton jagung ke negara tetangga, Filipina melalui Pelabuhan Badas.
Melimpahnya hasil jagung inilah yang membuat makanan tradisional, Lappa’ – Lappa’ ini masih bertahan. Dilestarikan oleh masyarakat Sumbawa Barat, khususnya di desa Kertasari.
Menikmati Lappa’ – Lappa’ di Ladang Jadung
Bagi Sahabat Kelana yang penasaran ingin mencicipi nikmatnya Lappa’ – Lappa’, bisa langsung berangkat ke desa Kertasari, Sumbawa Barat. Datang pada sekitar bulan di pertengahan tahun, ketika musim panen jagung.
Rasakan sensasi menyantap kue nikmat sambil duduk santai di bale-bale sisi perkebunan. Pengalaman kalian bakal makin lengkap jika bisa berbaur dengan masyarakat sekitar.
Sayangnya kondisi saat ini tidak memungkinkan kita untuk berkelana. Tapi tidak apa-apa, kita bisa menikmati keindahan alam pulau Sumbawa dan lezatnya Lappa’ – Lappa’ di lain waktu. Semoga pandemi ini cepat berakhir.
Discussion about this post