• ABOUT US
  • PRIVACY POLICY
  • TERM OF USE
  • DISCLAIMER
  • HUBUNGI KAMI
  • SITEMAP
Minggu, 14 Agustus 2022
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
  • Login
  • KELANA
  • AKOMODASI
  • SOSOK
  • HIPOTESA
  • BUDAYA
  • KULINER
  • ACARA
Kelana Nusantara
  • KELANA
  • AKOMODASI
  • SOSOK
  • HIPOTESA
  • BUDAYA
  • KULINER
  • ACARA
  • Login
No Result
View All Result
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
Mudik Menelusuri Trah Keluarga

Petani di Sumedang © Lingga Agung/Kelananusantara

Kampung Pam, Masalah Listrik, dan Agas (Babak II, Bagian V)

Mengenang Masa Kecil Melalui Komik Dragon Ball

Mudik Menelusuri Trah Keluarga

Bagi saya, mudik semacam kesempatan langka untuk menelusuri asal-usul trah keluarga

Lingga Agung by Lingga Agung
16 Juni, 2020
in Kelana, ZZ Slider Utama
47 2
0
Share on Facebook

Baca jugaArtikel :

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Bagi Kang Hawe, arus mudik adalah istilah yang aneh, karena arus artinya gerak air dan mudik adalah bergerak menuju udik (hulu sungai).

Coba bayangkan air bergerak ke hulu sungai. Ini bertentangan dengan hukum alam. Tapi, inilah keajaiban bahasa karena sifatnya yang ‘manasuka’. Apalagi jika sudah jadi keseharian.

Berusaha untuk menggugat istilah tersebut, kemungkinan besar bakal dicuekin atau malah bakal kena rundung.

Bagi kebanyakan orang istilah yang sudah mapan tidak perlu digugat apa lagi dirubah—karena, mengutip Kang Hawe, “yang sudah enak, buat apa dipermak” (Setiawan, 2018).

Membahas tentang mudik, saya jadi ingat biasa melakukannya ketika ke Majalaya. Jaraknya lumayan dekat sekitar 45 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.

Perjalanan mudik ke Majalengka

Panyaweuyan, Kota Angin Majalengka © Andrian Nugraha/Kelananusantara

Tapi tahun ini, saya harus urung melakukannya karena sejak beberapa bulan yang lalu, ibu harus merawat nenek yang sakit di Bandung. Beruntung istri saya mudik ke Majalengka jadi saya bisa ikut.

Kami memutuskan pergi pada hari ketiga setelah Lebaran dengan menggunakan sepeda motor. Demi menghindari kemacetan yang bisa bikin kepala pening.

Ini adalah pengalaman pertama kami berpergian jauh menggunakan sepeda motor.

Berangkat dari Bandung selepas subuh. Di tengah perjalanan, ternyata, Jl. Soekarno-Hatta sudah ramai sekali. Padahal matahari belum nongol. Kami jadi was-was dibuatnya.

Matahari akhirnya nongol saat kami berada di simpang Cileunyi. Di sana, keramaian terurai. Hati kami jadi sedikit tenang.

Perjalanan dari Jatinangor ke Sumedang lancar sekali. Hanya di Tanjungsari perjalanan rada mendet dan selebihnya lancar jaya.

Merasa ada ikatan batin dengan kota Sumedang

Persawahan di Sumedang © Lingga Agung/Kelananusantara

Seperti biasa, setiap kali sampai di Cadas Pangeran tepatnya di sekitar daerah Ciherang saya selalu menoleh ke arah kiri. Melihat dua patung yang saling berjabat dengan tangan kirinya masing-masing.

Kedua sosok tersebut adalah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-36, Herman Willem Daendels dan Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX, atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Kornel.

Patung tersebut dibuat sekitar awal tahun 80an oleh Sutarja, Bupati Sumedang ke-49 untuk mengenang heroisme Pangeran Kornel ketika menguggat kebijakan kerja paksa yang dilakukan oleh Daendels.

Setibanya di Sumedang, kami lumayan kaget melihat sampah yang berceceran seenaknya. Bahkan di alun-alun, kami dibuat lebih kaget lagi dengan banyaknya pedangan kaki lima yang mangkal di sana. Tadinya mau berhenti tapi melihat keramaian keterlaluan itu akhirnya kami terus jalan.

Saya selalu merasa ada ikatan batin dengan kota Sumedang. Pertama, moyang bapak berasal dari sini dan kedua nama saya diambil dari tugu yang berada di alun-alun Sumedang.

Karena lumayan lapar, akhirnya kami berhenti di daerah Cimalaka. Tapi karena tahunya baru banget digoreng dan banyak sekali orang yang mengantri, kami cuma makan leupuet dan melanjutkan perjalanan.

Di sepanjang perjalanan menuju Majalengka hati saya tidak karuan karena gagal mencicipi tahu Sumedang. Konon, tahu Sumedang dilahirkan dari eksperimen Ong Kino. Seorang imigran asal Tiongkok yang diteruskan oleh anaknya, Ong Bung Keng.

Dari tangan Ong Bung Keng inilah tahu warisan bapaknya jadi wabah yang menjalar ke seluruh penjuru kota Sumedang—bahkan sampai ke perbatasan Majalengka.

Majalengka, kota kecil kaya sejarah

Ikon Kota Majalengka © Riza Badaru Tamam/Kelananusantara

Setibanya di Kadipaten, udara yang awalnya sejuk berubah agak panas. Ketika sampai di Majalengka, udara panas yang lembap langsung menyambut kami. Padahal saat itu masih pagi sekitar jam delapan lebih sedikit.

Majalengka adalah kota kecil dengan sejarah yang mengagumkan. Konon, Prabu Siliwangi pernah bertahta di sana. Sepeninggalnya wilayah ini dikuasai oleh berbagai kerajaan.

Hari ini, patilasan-patilasan Prabu Siliwangi dan kerajaan lainnya tidak pernah sepi dari wisatawan.

Saya pernah ngobrol santai dengan seseorang yang mengaku keturunan Prabu Siliwangi. Beliau konon berhasil menemukan gerbang keraton sang Prabu di Majalengka. Hanya saja wujudnya tidak dapat langsung dilihat alias gaib. Busyet!

Bagi yang menekuni sejarah kasundaan tentu sering berhadapan dengan pertanyaan ini, “Jika memang pernah ada kerajaan ini itu, mana buktinya? Di mana keratonnya? Mana sisa-sisa keratonnya? Mana artefak-artefaknya?”

Saya selalu memburu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Sejauh ini, jawaban yang saya dapat kurang memuaskan. Dalam sebuah obrolan, pak Isa pernah mengajukan pendapat yang menarik.

Baginya, selain disebabkan oleh bencana alam, bisa saja keraton-keraton di tanah Sunda dibumihangsukan sampai rata dengan tanah oleh musuh-musuhnya.

Tapi pak Isa, begitu juga saya hingga hari ini masih terus mencari-cari jawaban-jawaban yang sekiranya dapat menutup salah satu lubang sejarah yang sering mengganggu tidur itu.

Selain hal-hal mengagumkan di atas, Majalengka juga dikenal sebagai salah satu puser seni budaya sunda dan jangan lupa, kota ini juga banyak melahirkan para cendikiawan seperti Alm. Ayatrohaedi dan Ajip Rosidi.

Setelah bersalaman, berbincang, dan tentu saja makan. Sekitar jam 11 siang kami memutuskan untuk pulang. Perjalanan dari Majalengka ke arah Sumedang lancar tapi ketika akan masuk ke Sumedang kota, kami disuguhi kemacetan yang cukup menyebalkan.

Baru sekitar jam setengah dua kami sampai di Sumedang kota dan langsung mencari tempat ngopi yang adem.

Mampir ke rumah uwa Usup yang konon punya elmu Halimun

Sebelum melanjutkan perjalanan ke Bandung, kami mampir ke rumah uwa saya yang berjarak sekitar satu kilometer dari Sumedang kota. Uwa Usup menyambut kami dengan hangat dan uwa istri langsung menyuruh kami makan.

Uwa Usup adalah pribadi yang menyenangkan begitu juga istrinya. Sebelum pensiun, beliau berkerja sebagai pemborong.

Pada akhir tahun 60an beliau pernah jadi Pegawai Negeri Sipil tetapi tidak berselang lama mengundurkan diri karena tidak sudi jika rambut gondrongnya dipangkas pendek.

Kata bapak saya, uwa Usup dulunya seorang begundal tukang berantem yang disegani di daerah Kiaracondong.

Bahkan pernah baku pukul dengan serorang perwira tentara. Kejadian ini yang membuat gempar keluarga, karena beberapa hari setelahnya rumah Alm. aki Ishak dilabrak aparat.

Saat itu Uwa Usup ada di rumah tapi anehnya mereka tidak berhasil menemukannya. Konon, uwa Usup punya elmu halimun—bisa menghilang! Ketika saya tanyakan langsung, beliau hanya terkekeh sambil berkata, “Ah, ceuk saha eta?”

Menelusuri trah keluarga Ayah

Sambil makan saya bertanya tentang silsilah keluarga kami. Beliau menjelaskan setengah lupa. Pokoknya, dulu, karuhun kami adalah kuwu di daerah itu.

Uwa berbicara banyak soal Alm. Kakek. Katanya, Aki Ishak adalah seorang manusia yang pintar. Saya ingat, beliau pernah membacakan saya semacam ensiklopedia dalam bahasa Jerman dan Belanda.

Koleksi bukunya juga banyak dan sekarang saya mewarisinya. Hal yang paling menarik dari Alm. Kakek adalah perjalanan spiritualnya. Beliau pernah keluar masuk berbagai agama dan aliran kepercayan.

Saya menduga beliau pernah ikutan juga gerakan teosofi yang sempat popular di Bandung. Tetapi, setelah bapak saya lahir, beliau konsisten mendalami sufisme Al-Ghazali sampai akhir hayatnya.

Sekitar jam setengah empat, kami pamit dan melanjutkan perjalanan. Sumedang menuju Bandung ramai lancar berkat kesigapan aparat kepolisian dalam merekayasa lalu lintas.

Menelusuri trah keluarga Ibu

Di perjalanan pulang, saya lumayan nelangsa tidak bisa mudik ke Majalaya. Sejak kecil saya tinggal sana bersama kakek dan nenek dari Ibu.

Saya merasa sangat beruntung dan beryukur sempat tinggal bersama beliau. Karena, bagi saya, Alm. Kakek, AS Partawijaya adalah orang yang paling berpengaruh di dalam kehidupan saya.

Beliau adalah seorang guru Sekolah Dasar yang sangat mencintai ragam seni sunda. Beliau membuat saya doyan nonton wayang golek, karawitan, film, dan musik—saya mengenal Black Sabbath dan Frank Sinatra darinya.

Beliau tidak pernah protes dengan pilihan musik saya yang ‘brang-breng-brong’ tidak keruan itu.

Bahkan, saat kali pertama manggung di acara 17 Agustusan di desa kami, saya membawakan lagu Pride dari Madball dan beliau sama sekali tidak marah.

Malah terlihat tertawa riang sedangkan warga lainnya terlihat masam. Tapi, beliau adalah salah satu Tokoh Masyarakat, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya sangat terpukul ketika beliau meninggal. Tetapi dari keterpukulan inilah saya menelusuri silsilah beliau.

Beliau pernah bilang kalau bapaknya (uyut saya) adalah seorang polisi, Suhana namanya. Bapaknya Suhana adalah seorang pedangan bernama Adma.

Awalnya, pengetahuan saya soal silsilah keluarga tandas sampai di situ. Tetapi beberapa bulan yang lalu, ibu membawa silsilah yang lumayan lengkap yang didapat dari salah seorang kerabat.

Karuhun saya adalah Raden Tubagus Damiri atau Eyang Tanggulun—Eyang Ulun. Saya menduga beliau berasal dari Banten yang hijrah dan bermukim di Tanggulun (Talun), Majalaya.

Dari gelarnya, kemungkinan besar beliau adalah orang yang pertama kali membuka daerah tersebut. Kemungkinan besar juga, saat membukanya beliau menanggul aliran sungai Citarum yang melintas di daerah tersebut—tanggulun bisa jadi berasal dari kata tanggul. Sampai hari ini, masih banyak kerabat saya yang tinggal di daerah itu.

Kami tiba di rumah sebelum magrib. Rasanya lelah sekali banget pisan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana capeknya mereka yang mudik dari Bandung ke Jawa dengan menggunakan sepeda motor bersama istri dan anaknya.

Mudik menelusuri asal-asul nenek moyang

Amboi! Mudik adalah budaya yang khas dan bukan sekedar pulang kampung untuk melepas rindu semata—juga pamer harta.

Bagi saya, mudik semacam kesempatan langka untuk menelusuri asal-usul trah keluarga. Melakukannya bukan untuk membuktikan bahwa saya keturunan siapa atau apa.

Tapi dengan mengenal asal-usul sendiri, saya semakin mengenal diri sendiri. Tidak mungkin saya akan menjadi seperti mereka karena dimensi ruang-waktu kami jelas berbeda.

Dan tentunya ada beberapa hal yang belum khatam seperti tahun berapa Raden Tubagus Damiri hijrah ke Majalaya serta siapa moyangnya dan terutama asal usul keluarga bapak.

Saya akan terus mengejarnya walapun, mengutip Harari (2018), “mengejar tidak sama dengan mendapatkan.”

Karena budaya pengarsipan yang payah saya rasa akan sangat sulit untuk memastikan akurasi alur sejarah keluarga sendiri. Itulah mengapa Harari kemudian menulis, “Sejarah sering dibentuk oleh harapan yang dibesar-besarkan.”

*Bandung, 20 Juni 2018

Tags: Bekal PetualanganmukelananusantaraMajalayaMajalengkaSumedang
Share33Tweet17Pin6SendShareSend
Previous Post

Kampung Pam, Masalah Listrik, dan Agas (Babak II, Bagian V)

Next Post

Mengenang Masa Kecil Melalui Komik Dragon Ball

Lingga Agung

Lingga Agung

Related Posts

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan
Akomodasi

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

3 Februari, 2022
117
Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu
Budaya

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

1 Februari, 2022
98
Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan
Kelana

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

10 Desember, 2021
103
Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami
Hipotesa

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

9 Desember, 2021
89
Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19
ZZ Slider Utama

Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

9 Desember, 2021
84
FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan
Budaya

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

7 Desember, 2021
124

Discussion about this post

Artikel Terpopuler

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

26 Februari, 2020
6.3k
Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

13 September, 2020
1.6k
Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah

Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah

23 Mei, 2020
2.3k
Warisan Keluarga Schumtzer di Ganjuran, Yogyakarta

Warisan Keluarga Schumtzer di Ganjuran, Yogyakarta

14 September, 2020
914
Lebakmuncang, Desa Wisata Ciwidey

Lebakmuncang, Desa Wisata Ciwidey

20 Februari, 2020
782
LOS tropis, Sajikan Jus Sehat Kekinian

LOS tropis, Sajikan Jus Sehat Kekinian

18 Februari, 2020
827

Rekomendasi Kelana

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

Indahnya Honey Moon Penuh Petualangan di Santorini Beach Resort, Gili Trawangan

3 Februari, 2022
117
Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

Oriental Eksotik, Rub of Rub Mengajak Pendengar Menengok Masa Lalu

1 Februari, 2022
98
Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

Backpackeran dari Jakarta – Nusa Penida Budget Rp2 Jutaan

10 Desember, 2021
103
Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

Fans Protes, Tengen Uzui Demon Slayer Entertainment District Arc Disebut Poligami

9 Desember, 2021
89
Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

Sejarah Trem Uap: Stasiun Demak Abad 19

9 Desember, 2021
84
FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

FOOD NOT BOMBS: Bentuk Protes Melalui Makanan

7 Desember, 2021
124

Yuk Ikuti Kelana Nusantara!

  •       taufan haidar   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       evaanggarr   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       delumanto   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       ant tiflen   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • AS Laksana dan Yusi Avianto Pareanom membawa Semarang yang berbeda dari Nh  Dini  Semarang yang lebih aktual dan kekinian  Tidak ada sawah dan burung kuntul yang beterbangan di atasnya  Tidak ada seekor kerbau menarik pedati untuk mengangkut hasil bumi    Foto oleh  wachidchoirulamin      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • masyarakat Kayaan terdahulu menganggungkan konsep spiritual pada tiga pilar  yakni  Tenangan   pembagi rejeki    Tipang   pencipta   dan  Tinge   pemelihara   Tiga pilar ini memiliki kemiripan dengan konsep trinitas gereja    Foto oleh  litenatu id      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Rendang dan kopi pasangan serasi makanan terenak di dunia     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Family Cafe Bergaya Bohemian di Cijantung  Jakarta Timur     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Restoran yang mengampanyekan gaya hidup Vegan demi lingkungan     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
Facebook Twitter Instagram

Bekal Petualanganmu

Iwakmedia Digital Indonesia

Iwakmedia Workshop II
Ruko Jatimurni, Jl Jatimurni No. 2.
Jatipadang, Pasar Minggu.
Kode Pos 12540. (+6221) 780 8020.
Jakarta - Indonesia
Basecamp Kelana Nusantara
Jl. Mentor, Gg Dakota, RT.01/RW.05
Sukaraja, Cicendo.
Kode Pos 40175.
Kota Bandung - Indonesia

Tentang Kelana Nusantara

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Term Of Use
  • Disclaimer
  • CONTACT US

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

No Result
View All Result
  • About Us
  • Term Of Use
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Sitemap
  • Kelana
  • Sosok
  • Akomodasi
  • Budaya
  • Kuliner
  • Hipotesa
  • Acara
  • Login

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Cookie settingsACCEPT
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary Always Enabled

Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.

Non-necessary

Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.

Add New Playlist