• ABOUT US
  • PRIVACY POLICY
  • TERM OF USE
  • DISCLAIMER
  • HUBUNGI KAMI
  • SITEMAP
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
  • Login
  • KELANA
  • SOSOK
  • AKOMODASI
  • BUDAYA
  • KULINER
  • OPINI
  • ACARA
Kelana Nusantara
  • KELANA
  • SOSOK
  • AKOMODASI
  • BUDAYA
  • KULINER
  • OPINI
  • ACARA
  • Login
No Result
View All Result
Kelana Nusantara
No Result
View All Result
Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian I)

Alesandar Pasaric/Pexels

Piaynemo - Kampung Pam - Piaynemo - Pasir Timbul - Waisai (Babak II, Bagian VIII)

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian I)

Meski pesantren adalah tempat yang “suci”, manusia di dalamnya tetaplah manusia

Abroorza A. Yusra by Abroorza A. Yusra
14 September, 2020
in Opini, ZZ Slider Utama
2 min read
18 0
0
Share on Facebook

Melalui masa pubertas ala santri

Seks tetap jadi hal yang penuh rahasia hingga saat ini, meski ekspresi pengalaman seksual sudah ada di dalam lukisan Zaman Batu. Tidak pernah benar-benar selesai.

Di satu sisi seks menjadi tabu untuk dibicarakan sementara bagi yang lain jadi begitu vulgar. Sekadar bersifat badaniah, sementara bagi yang lain mengandung nilai-nilai filosofis. Hadir dalam mimpi sekaligus kenyataan.

Masing-masing kita memiliki titik awal yang berbeda terhadap seks. Usia akil balig secara fisiologi bermula dengan adanya mimpi basah, tumbuhnya rambut di bagian tubuh tertentu, atau bentuk badan yang berubah. Namun, pengetahuan atau pengalaman tentang seks, bisa jadi mulai sebelum atau sesudah batas antara masa kanak-kanan dan akil balig terjadi.

Baca jugaArtikel :

[Review] Pempek Lala Palembang Diburu Oleh Pecinta Kuliner dan Pelancong

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)

Piaynemo – Kampung Pam – Piaynemo – Pasir Timbul – Waisai (Babak II, Bagian VIII)

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

Pengetahuan dan kesadaran saya yang pertama tentang seks terbentuk ketika…ah saya lupa kapan dan bagaimana wujudnya, yang pasti hal itu terjadi di pesantren.

Mungkin melalui obrolan ringan dengan kawan-kawan, mimpi, atau pelajaran. Entah, saya benar-benar lupa.

Layaknya remaja, rasa penasaran terhadap seks tumbuh berkembang di masa pubertas dan mengejawantah dalam banyak perilaku, meski dalam kungkungan dinding pesantren.

Misalnya, saya sesekali mencari posisi duduk mengaji di saf bagian belakang agar bisa mencuri pandang ke para nisa (perempuan).

Bertukar bacaan stensilan dengan santriwan lain secara sembunyi lalu membacanya setelah lampu padam.

Memajang gambar-gambar artis gadis di lemari. Paling frontal, tentu berlama-lama di kamar mandi.

Pesantren saya tidak terlalu ekstrim dalam hal pembatasan hubungan antara santriwan dan santriwati.

Meski pesantren adalah tempat yang “suci”, manusia di dalamnya tetaplah manusia, dan seorang remaja perempuan atau lelaki tetaplah seorang remaja yang tidak terhindarkan dari salah satu fase biologis, dan hal itu harus diberi tempat.

Para ustaz dan ustazah serta kiai pengasuh pesantren tampaknya cukup paham tentang hal itu. Karenanya, ada (sedikit) kebijakan yang menyenangkan.

Misal, para santriwan dipersilakan berkunjung ke kelas santriwati, atau sebaliknya, di malam Jumat, untuk menampilkan apresiasi seni seperti teater, musik, dan muhadhoroh (pidato).

Di hari Jumat, boleh bertemu di tempat netral (contoh, kantin umum) asal dengan izin ustaz/ustazah.

Namun, batasan-batasan di pesantren lebih ketat dibanding dengan dunia di luar pesantren.

Bacaan mengenai atau yang terdapat kandungan seks selalu diletakkan di rak khusus, yang tidak boleh dibawa keluar dari ruangan perpustakaan.

Untuk membacanya harus meminta izin dengan tantangan menjawab pertanyaan berbelit (intinya: bikin malas).

Album Jamrud, Ningrat, yang memuat lagu Surti Tejo sempat jadi barang haram karena batasan ini.

Buku-buku yang berkaitan dengan seks jelas tidak diperkenankan. Jika ketahuan membacanya, hukuman paling ringan disuruh push-up atau sit-up.

Hukuman paling berat, bacaan-bacaan disita, lantas disuruh melapor ke Dewan Guru (level tertinggi dari para guru).

Saya ingat, novel Pintu Terlarang, karya Sekar Ayu Asmara, milik saya, disita (sebagian karena muatannya, sebagian karena saya membaca di jam belajar).

Bagaimanapun, pengetahuan atau pengalaman tentang seks di pesantren, sedikit atau banyak punya pengaruh pada perkembangan kepribadian.

Termasuk dalam hal ‘menemukan kegiatan menyenangkan’. Dorongan untuk menyenangi menulis juga ada kaitannya dengan ini.

Saya pernah mencoba menulis kisah-kisah ranjang, mencoba meniru buku-buku stensil Enny Arrow atau Fredy S. Hasilnya, gagal.

Gairah seksual tiba-tiba meredup ketika menulis, karena justru terlalu berkonsentrasi dengan kata-kata. Akhirnya, saya menulis meniru Ali Topan-nya Gola Gong saja.

Saat lulus dari pesantren dan masuk ke universitas negeri, ketika hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak kaku seperti di pesantren, saya sempat canggung ketika harus berkenalan dengan perempuan.

Sialnya, saya memilih kosan campur. Kamar kanan saya ditempati perempuan. Di kamar atas juga. Di kamar depan juga. Auzubillah (atau Alhamdulillah).

Tags: PesantrenSanggamaSeks
Share17Tweet6Pin2SendShareSend
Previous Post

Piaynemo – Kampung Pam – Piaynemo – Pasir Timbul – Waisai (Babak II, Bagian VIII)

Next Post

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)

Abroorza A. Yusra

Abroorza A. Yusra

Penulis, penggiat literasi, dan pendukung konservasi lingkungan. Kelahiran 1987. Bermukim di Singkawang, Kalimantan Barat.

Related Posts

[Review] Pempek Lala Palembang Diburu Oleh Pecinta Kuliner dan Pelancong
Kuliner

[Review] Pempek Lala Palembang Diburu Oleh Pecinta Kuliner dan Pelancong

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)
Opini

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)

15 September, 2020
101
Piaynemo – Kampung Pam – Piaynemo – Pasir Timbul – Waisai (Babak II, Bagian VIII)
Kelana

Piaynemo – Kampung Pam – Piaynemo – Pasir Timbul – Waisai (Babak II, Bagian VIII)

13 September, 2020
114
Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang
Budaya

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

13 September, 2020
215
Staycation di Verse Luxe Hotel Wahid Hasyim
Akomodasi

Staycation di Verse Luxe Hotel Wahid Hasyim

14 September, 2020
288
Warisan Keluarga Schumtzer di Ganjuran, Yogyakarta
Budaya

Warisan Keluarga Schumtzer di Ganjuran, Yogyakarta

14 September, 2020
353

Discussion about this post

Artikel Terpopuler

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

Mahabhusana Wilwatiktapura, Pakaian Kerajaan Majapahit

26 Februari, 2020
1.3k
Mengapa Orang Sunda Malas?

Mengapa Orang Sunda Malas?

15 Mei, 2020
3.6k
Menelusuri Kisah Tari Topeng Malangan

Menelusuri Kisah Tari Topeng Malangan

5 Maret, 2020
386
Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah

Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah

23 Mei, 2020
689
Mengingat Kembali Puisi Mbeling

Menafsir Mata Jeihan Memotret Pancasila

3 Juni, 2020
218
Pelabuhan Tanjung Priok dan Kerasnya Hidup (Bag II)

Pelabuhan Tanjung Priok dan Kerasnya Hidup (Bag II)

25 April, 2020
2.2k

Rekomendasi Kelana

[Review] Pempek Lala Palembang Diburu Oleh Pecinta Kuliner dan Pelancong

[Review] Pempek Lala Palembang Diburu Oleh Pecinta Kuliner dan Pelancong

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian II)

15 September, 2020
101
Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian I)

Sanggama dan Pesantren: Penyatuan Nafsu dan Rahasia Ilahi (Bagian I)

14 September, 2020
115
Piaynemo – Kampung Pam – Piaynemo – Pasir Timbul – Waisai (Babak II, Bagian VIII)

Piaynemo – Kampung Pam – Piaynemo – Pasir Timbul – Waisai (Babak II, Bagian VIII)

13 September, 2020
114
Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

Klenteng Hwie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Pecinan Semarang

13 September, 2020
215
Staycation di Verse Luxe Hotel Wahid Hasyim

Staycation di Verse Luxe Hotel Wahid Hasyim

14 September, 2020
288

Yuk Ikuti Kelana Nusantara!

  •       taufan haidar   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       evaanggarr   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       delumanto   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  •       ant tiflen   kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • AS Laksana dan Yusi Avianto Pareanom membawa Semarang yang berbeda dari Nh  Dini  Semarang yang lebih aktual dan kekinian  Tidak ada sawah dan burung kuntul yang beterbangan di atasnya  Tidak ada seekor kerbau menarik pedati untuk mengangkut hasil bumi    Foto oleh  wachidchoirulamin      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • masyarakat Kayaan terdahulu menganggungkan konsep spiritual pada tiga pilar  yakni  Tenangan   pembagi rejeki    Tipang   pencipta   dan  Tinge   pemelihara   Tiga pilar ini memiliki kemiripan dengan konsep trinitas gereja    Foto oleh  litenatu id      Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Rendang dan kopi pasangan serasi makanan terenak di dunia     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Family Cafe Bergaya Bohemian di Cijantung  Jakarta Timur     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
  • Restoran yang mengampanyekan gaya hidup Vegan demi lingkungan     Selengkapnya di kelananusantara com       kelananusantara2020  kelananusantara  bekalpetualanganmu
Facebook Twitter Instagram

Bekal Petualanganmu

Iwakmedia Digital Indonesia

Iwakmedia Workshop II
Ruko Jatimurni, Jl Jatimurni No. 2.
Jatipadang, Pasar Minggu.
Kode Pos 12540. (+6221) 780 8020.
Jakarta - Indonesia
Basecamp Kelana Nusantara
Jl. Mentor, Gg Dakota, RT.01/RW.05
Sukaraja, Cicendo.
Kode Pos 40175.
Kota Bandung - Indonesia

Tentang Kelana Nusantara

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Term Of Use
  • Disclaimer
  • CONTACT US

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

No Result
View All Result
  • Kelana
  • Sosok
  • Akomodasi
  • Budaya
  • Kuliner
  • Opini
  • Acara
    • Artikel Acara
    • Kalendar Acara
  • Login

Kelana Nusantara © 2020. All Rights Reserved. Powered by iwakmedia.

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Cookie settingsACCEPT
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary Always Enabled

Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.

Non-necessary

Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.

Add New Playlist